TIM gabungan yang terdiri dari personel Satgas Ops Damai Cartenz-2024, Satgas Amole, dan Anggota Brimob Batalyon B Pelopor mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Cartensz, titik tertinggi Indonesia dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut.
Iptu Abdul Hamid bersama tim melakukan perjalanan epik selama waktu empat hari, dengan berbagai rintangan dan persiapan matang yang harus ditempuh.
Perjalanan dimulai dari Markas Komando (Mako) Batalyon B Pelopor Satbrimob Polda Papua, di mana seluruh tim menghabiskan hari pertama dengan latihan dasar penggunaan alat pendakian gunung es.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Tim juga mempelajari teknik mendaki dengan alat-alat khusus seperti crampon, tali pendakian, dan kapak es. Pelatihan intensif ini bertujuan guna mempersiapkan fisik dan mental anggota tim menghadapi kondisi ekstrem di pegunungan.
Usai menyelesaikan latihan dasar, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Gresberg, wilayah milik PT Freeport Indonesia, untuk melakukan aklimatisasi.
Percobaan pertama terjadi di ketinggian 4.285 meter, dimana tim menghadapi tantangan perubahan suhu dan penurunan kadar oksigen yang signifikan.
Namun, para insan putra terbaik Indonesia ini tidak patah semangat, mereka beradaptasi dengan dinginnya suhu dan tekanan udara yang rendah, dengan cepat.
Pagi hari di hari ketiga, rombongan dilepas oleh Dansat Brimob Polda Papua Kombes John.S. Sitanggang dan Danmen 1 Pasukan Brimob 3 pelopor Kombes Danu Windarto di Bale Dam, area milik PT Freeport Indonesia.
Pada pukul 11.00 WIT, mereka mulai menapaki jalur pendakian yang terjal dan panjang menuju basecamp.
Jalur ini melintasi beberapa danau dengan pemandangan yang indah, dimulai dari Danau 1 pada pukul 12.00 WIT, lalu Danau 2 dan Danau 3, hingga akhirnya tiba di basecamp pada pukul 15.00 WIT.
Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo
Selain perubahan suhu yang drastis, mencapai 2 derajat celcius, serta menipisnya oksigen, rombongan juga dihadapkan pada cuaca yang tidak bersahabat dengan turunnya hujan.
Sesampainya di basecamp, tim segera mendirikan tenda dan kembali beristirahat untuk memulihkan tenaga.
Meskipun beberapa anggota mengalami gejala pusing dan sesak napas akibat minimnya oksigen, mereka telah dipersiapkan dengan perlengkapan obat dan oksigen tambahan untuk mengatasi kondisi tersebut.