“Tahapannya dimulai dari anak-anak senang membaca itu dulu. Jadi tidak hanya sekedar bisa membaca, tapi senang membaca. Maka anak-anak bisa menemukan gaya literasi mereka masing-masing untuk menaikkan kapasitas dirinya dengan cara yang menyenangkan,” ungkapnya.
Menurut Septi, board game diharapkan dapat menjadi suatu permainan yang ada di setiap perpustakaan, sehingga dapat dimainkan oleh umum, bahkan bisa mencapai tingkat nasional guna mengasah minat generasi muda untuk memahami pentingnya literasi. “Board game, bagian dari literasi. Literasi harus disampaikan dengan menyenangkan,” katanya.
Melalui board game, imbuhnya, anak-anak belajar tentang buku-buku tentang board game, bagaimana cara membuat board game, dan bagaimana strategi board game. “Itu pasti anak-anak membaca jalan masuknya melalui game,” jelas Septi.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Ia menekankan board game adalah sarana yang menyenangkan karena bisa bertatap muka. Kemudian berinteraksi secara langsung dan bermain bersama. “Ini sudah banyak sekali yang hilang, mainnya sendiri-sendiri, pakai HP. Individualis jadinya. Padahal kita ini harus bisa kolaboratif, bisa kolaborasi itu dengan cara bertemu,” katanya.
Cara bertemu, tandas Septi, medianya harus yang menyenangkan maka medianya board game. Itu akan menjadi sarana teman-teman memasuki era abad 21. “Creative thinking, diperlukan critical thinking, itu diperlukan semuanya,” pungkasnya. (*)