Lalu, kondisi kesehatan Saryadi kurang sehat karena faktor usia maka warung dikelola oleh anaknya. Selanjutnya terdapat keponakan Saryadi merupakan cucu dari Sagim yakni Sapi’i yang berjualan sega grombyang di deretan sepanjang jalan pasar Anyar tepat di depan Rumah Sakit Harapan Sehat Pemalang.
Selanjutnya perguruan sega grombyang dari trah silsilah Sanyan mempunyai dua anak diantaranya Bugel dan Karyadi. Adapun yang melanjutkan usaha sega grombyang Sanyan adalah Bugel namun keturunan Bugel tidak ada yang melanjutkan usaha sega grombyang, sehingga keturunan Sanyan berhenti di Bugel.
Namun, untuk usaha sega grombyang tetap dijalankan oleh Warso yang merupakan keponakan dari istri Bugel yang bernama Warti. Warso mengikuti berjualan sega grombyang dengan Bugel sejak tahun 1966, sedangkan Warso mulai serius berjualan sendiri pada tahun 1978 dan Warso merupakan generasi ketiga dalam silsilah keluarganya dalam berjualan sega grombyang
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Di Pemalang, tidak hanya Warso yang terkenal dengan sega grombyang nya, namun juga Waridin. Pada mulanya Waridin merupakan rewang Warso, namun akhirnya memilih membuka usaha sega grombyang sendiri di Sirandu Pemalang.
Penjual sega grombyang tersebar di Pemalang, seperti Saroni, Sapi’i, Nurohman, Toli dan Saryadi. Penjual sega grombyang selain Warso dan Waridin dapat ditemui di sepanjang jalan Pasar Anyar Pelutan Pemalang.
Bahkan penjual sega grombyang dapat juga ditemui di Pasar Beji yakni sega grombyang Pak Harso. Pemilik Warung sega grombyang Pak Harso yang terletak di depan Pasar Beji Pemalang merupakan anak dari Kasan dan cucu dari Sanan. Sanan sendiri merupakan paman dari Bogel dan Saryadi.
Adapun Bogel dan Saryadi adalah anak dari Tini yang merupakan adik dari Sanan. Resep yang dipakai oleh Harso berasal dari resep warisan keluarga, begitu pula bumbu yang digunakan oleh keturunan Sagim merupakan resep warisan keluarga dan yang membedakan dengan grombyang lainnya terletak di kekentalan bumbu.
Bumbu sega grombyang yang digunakan sejak dahulu hingga saat ini meliputi : Beras, Daging/jeroan kerbau atau sapi (dahulu lebih menggunakan daging kerbau, namun saat ini dapat ditemui dengan mudah menggunakan daging sapi), Laos, Jahe, Kemiri, Bawang merah, Bawang Putih, Kunir, Pala, Ketumbar, Serai, Kluwek, Daun Salam, Merica, Gula Merah, Kelapa parut yang disangrai atau Srundeng, dan Tauco. Semua bahan kecuali nasi, daging/jeroan dan kelapa diolah jadi satu dalam bentuk kasar dan halus. (*)