BERKUNJUNG ke Pemalang, Jawa Tengah (Jateng), tak lengkap rasanya tanpa mencicipi kuliner khas daerah tersebut berupa sega grombyang. Saking ikoniknya, sega grombyang asal Pemalang ini bahkan terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ada berbagai alasan yang membuat sega grombyang khas Pemalang ini masuk dalam WBTB Kemendikbud. Salah satunya adalah karena cara pembuatannya yang terbilang unik, yakni menggunakan teknologi tradisional.
Bahan utama kuliner khas Pemalang ini adalah nasi putih, daging sapi atau kerbau, serta bumbu rempah. Lantas, kenapa makanan ini dinamakan sega grombyang? Berikut ulasannya.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Dikutip dari portal resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng), jatengprov.go.id, nama sega grombyang berasal dari bahasa Pemalang yang artinya terapung, mengambang di permukaan atau bisa juga bergoyang-goyang. Dalam penyajiannya, kuah sega grombyang memang lebih banyak daripada nasi, sehingga nasi terlihat mengapung dan bergoyang di antara kuah.
Nama Grombyang tidak bisa ditemukan di kota lain, sangat ikonik dan unik. Sebenarnya tidak diketahui kapan makanan khas Pemalang ini dibuat. Konon, sega grombyang ini sudah ada sejak tahun 1960. Saat itu, para penjual nasi grombyang menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling.
Membuat sega grombyang lebih rumit dibandingkan membuat olahan dari kaldu daging seperti soto. Mulai dari memasak daging, mengirisnya, menambahkan menu kaldu yang berbahan dasar kluwak, serundeng, dan lemak daging.
Kuah sega grombyang yang jadi kuliner khas Pemalang ini juga dibuat dengan campuran bumbu rempah seperti lengkuas, jahe, kunyit, daun salam dan kemiri. Kemudian baru taburi dengan irisan daun bawang dan bawang merah sebelum disajikan.
Sega grombyang, kuliner khas Pemalang ini dulu banyak disajikan dengan menggunakan daging kerbau. Namun, karena daging kerbau saat ini mulai jarang dijumpai, banyak yang akhirnya memilih menggunakan daging sapi. Waktu pembuatannya pun juga tak singkat. Dibutuhkan dua hingga tiga jam untuk membuat nasi grombyang.
Bersama warga Pemalang, Yuli, tim delik menelusuri sejarah sega rgombyang dibuat pertama kali sekitar tahun 1940-an dengan tiga perguruan sega grombyang adalah Sagim, Samsuri dan Sanyan. Sagim memiliki beberapa anak, salah satunya Saryadi yang warung sega grombyangnya masih ada di deretan bangunan samping rel kereta api di Dusun Pekunden Kelurahan Pelutan Kecamatan Pemalang.