Saksi kedua, Shamsuddin (28 tahun), melaporkan bahwa dia selamat bersama istri dan putranya yang baru lahir. Berbicara dari kamp pengungsi di Bangladesh, dia menyatakan bahwa setelah serangan itu, banyak yang tewas dan “beberapa orang berteriak kesakitan karena luka-luka mereka.”
Perahu yang mengangkut pengungsi Rohingya, anggota minoritas Muslim yang mengalami penganiayaan parah di Myanmar, juga tenggelam di Sungai Naf yang memisahkan kedua negara pada Senin. Menurut dua saksi mata dan media Bangladesh, puluhan orang lainnya tewas dalam insiden tersebut.
Dokter Tanpa Batas (Medecins Sans Frontieres) menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka merawat 39 orang yang melintasi perbatasan dari Myanmar ke Bangladesh sejak Sabtu karena cedera akibat kekerasan, termasuk luka akibat tembakan mortir dan tembakan. Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa pasien menggambarkan melihat orang-orang dibom saat mereka mencoba mencari perahu untuk menyeberangi sungai.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Warga Rohingya telah lama menjadi korban penganiayaan di Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Pada 2017, lebih dari 730.000 Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar setelah tindakan keras militer yang oleh PBB dianggap dilakukan dengan tujuan genosida.
Myanmar mengalami kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis pada 2021, dengan protes massa yang kemudian berubah menjadi konflik bersenjata yang meluas.
Warga Rohingya telah meninggalkan Rakhine selama beberapa minggu karena Tentara Arakan, salah satu kelompok bersenjata yang terlibat dalam konflik, telah meraih kemajuan signifikan di wilayah utara yang memiliki populasi Muslim yang besar. (*)