“Meskipun demikian, dari sudut pandang etika, Iran menahan diri untuk tidak mentransfer senjata apa pun, termasuk rudal, yang berpotensi digunakan dalam konflik dengan Ukraina hingga konflik tersebut berakhir,” kata pernyataan itu.
Gedung Putih menolak untuk mengonfirmasi bahwa Iran sedang melatih personel militer Rusia dengan Fath-360 atau bahwa Iran sedang mempersiapkan pengiriman senjata tersebut ke Rusia untuk digunakan melawan Ukraina.
Kedua sumber intelijen tersebut tidak memberikan kepastian kapan rudal Fath-360 ke Rusia kemungkinan dikirim. Namun, mereka mengindikasikan bahwa hal itu akan segera terjadi. Mereka juga tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai status kontrak Ababil.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Sumber intelijen ketiga dari badan intelijen Eropa lainnya mengungkapkan bahwa mereka juga mendapat informasi mengenai pengiriman tentara Rusia ke Iran untuk dilatih menggunakan sistem rudal balistik Iran, meski tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Sumber ketiga yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa pelatihan semacam itu adalah praktik standar untuk senjata Iran yang dipasok ke Rusia.
Seorang pejabat senior Iran yang meminta namanya dirahasiakan, mengungkapkan bahwa Iran menjual rudal dan pesawat nirawak atau drone ke Rusia, tetapi belum memasok rudal Fath-360. Pejabat tersebut juga menambahkan bahwa tidak ada larangan hukum bagi Teheran untuk menjual senjata semacam itu ke Rusia.
“Iran dan Rusia menjalin hubungan dalam pembelian suku cadang dan peralatan militer bersama. Bagaimana masing-masing negara menggunakan peralatan tersebut, sepenuhnya merupakan keputusan mereka,” kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa Iran tidak menjual senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.
Sebagai bagian dari kerja sama militer, pejabat Iran dan Rusia sering melakukan perjalanan antara kedua negara, imbuhnya.
Hingga saat ini, dukungan militer Iran untuk Moskow sebagian besar terbatas pada pesawat nirawak serang Shahed, yang membawa bahan peledak dalam jumlah kecil dan lebih mudah ditembak jatuh karena kecepatan dan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan rudal balistik.
Kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim, melaporkan pada Juli 2023 bahwa sistem tersebut telah berhasil diuji oleh Angkatan Darat Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. (*)