GEJALA politik bendung asal bukan PDIP dan Anies Baswedan kian nyata terjadi. Super body ‘kekuatan ghaib’ betul-betul menjadi ancaman bagi keberlanjutan demokrasi di Indonesia. Sebuah peristiwa politik paling kejam dan barbar bakal terjadi kedua kalinya paska Pilpres 2024.
Siapa yang sesungguhnya mendapatkan keuntungan dari skema politik asal bukan kader PDIP dan Anies Baswedan yang maju di Pilkada?
Pilkada dan Dominasi 4 Parpol
Mengamati konfigurasi politik di Pillkada khususnya di Pulau Jawa, secara parsial kekuatan politik besar didominasi oleh 4 partai politik yakni PDIP, Golkar, PKB dan Gerindra. Setidaknya 4 parpol tersebut mendominasi kekuatan di politik lokal pada pileg 2024 kemarin.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Oleh karenanya sangat logis parpol tersebut saling bermain dan berebut menuju kemenangan para calonnya menuju kontestasi Pilkada 2024 nanti.
Area kontestasi Pilkada Jabar dan DKI sudah terjadi polarisasi politik. Pada kenyataan nya, Golkar dan Gerindra menjadi pihak yang sedang panen kandidat dan mereka saat ini sedang bersinar benderang.
Hegemoni kekuatan politik Partai Golkar dan Partai Gerindra pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten serta DKI tidak bisa dibendung partai politik (parpol) lain yang ada di Koalisi Indonesia Maju (KIM), seperti Partai Amanat Nasional (PAN) maupun Demokrat.
Sayangnya PKS yang moncer sebagai bagian pemenang pemilu legislatif tidak mampu menggerek calonnya head to head melawan kandidat dari Golkar atau Gerindra.
PAN dan Demokrat Tersingkir
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dikabarkan telah menugaskan pengusaha jalan tol, Jusuf Hamka alias Babah Alun untuk mendampingi Dedi Mulyadi pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar.
Keputusan dan langkah Golkar membuat PAN gagal mengantarkan kader-kader terbaiknya, yakni Desy Ratnasari dan Bima Arya untuk bertarung di gelanggang Pilkada.
Padahal menurutnya, popularitas dan elektabilitas kedua kader PAN tersebut cukup tinggi dan teruji kemampuannya sebagai pemimpin daerah maupun pimpinan partai di Jawa Barat. Di Jabar PAN gigit jari, pastinya Bima Arya dan Desy kecewa tidak bisa ikut kontestasi Pilkada Jabar.
Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo
Memungkinkan peluang Bima Arya masih terbuka jika diduetkan dengan politisi PDIP, Ono Surono atau Ilham Habibie yang diusung Partai Nasdem.