GEMPA dahsyat berkekuatan Magnitudo 7,1 mengguncang lepas pantai timur pulau utama di selatan Jepang, Kyushu. Mengapa wilayah ini berisiko mengalami aktivitas seismik, dan seperti apa kesiapsiagaan di negara Matahari Terbit itu?
Sedikitnya tiga orang cedera dalam gempa bumi berkekuatan Mangnitudo 7,1 skala Richter mengguncang perairan lepas pantai timur pulau utama selatan Jepang, Kyushu, di kedalaman sekitar 30 kilometer.
Gempa pada Kamis (8/8) ini paling terasa kuat di Kota Nichinan dan daerah-daerah sekitarnya di prefektur Miyazaki di pulau Kyushu.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Profesor Clive Oppenheimer di Departemen Geografi, Universitas Cambridge telah melakukan banyak perjalanan ke Jepang untuk mempelajari apa yang disebut sebagai wilayah “Cincin Api,” yaitu sabuk tektonik sepanjang 40.000 km yang terdiri dari serangkaian gunung berapi dan aktivitas seismik yang mengelilingi sebagian besar Samudra Pasifik. Dia telah melakukan penelitian lapangan di Kota Kagoshima, Aso, Pulau Miyake dan Hokkaido untuk mempelajari aktivitas gunung berapi di daerah tersebut.
“Jepang memiliki cincin gunung berapi (ring of fire) dan juga merupakan tempat di mana banyak gempa bumi terbesar berada. Dan itu bukanlah suatu kebetulan. Keduanya terletak berdampingan karena cincin ini menentukan batas lempeng Samudra Pasifik,” papar Oppenheimer.
Bagi negara-negara di sepanjang Lingkar Pasifik akan selalu ada risiko gempa bumi, tidak terkecuali Jepang. Menurutnya, gunung api di Jepang begitu aktif karena negara itu adalah bagian dari Lempeng Pasifik.
“Tepatnya, jika kita ingin mendefinisikannya lebih jauh lagi, lempeng Laut Filipina; dan lempeng tersebut bergerak ke arah Eurasia di mana daratan Jepang merupakan bagian daratannya,” tutur Oppenheimer.
Lempengan itu, katanya, bergerak dengan kecepatan sekitar enam sentimeter per tahun.
“Dan lempeng samudra yang menukik kembali ke bagian dalam Bumi – ke dalam mantel Bumi – dengan kecepatan sekitar enam sentimeter per tahun itu tidak bergerak dengan mulus, jadi ia akan menempel. Semua ‘pergerakan’ itu terjadi dan kemudian ‘patah’ sehingga menimbulkan gempa bumi seperti yang terjadi pada 8 Agustus,” katanya.
Pasca Gempa 2011, Jepang Terus Berbenah