BUKU Naar de Republiek Indonesia adalah karya Tan Malaka, gagasannya tentang negara kesatuan republik. Ia memvisualisasikan bentuk negara republik dan kini terwujud tetap relevan hingga hari ini.
Tan Malaka juga menuangkan ide gagasan fondasi pemikiran untuk kemajuan bangsa dalam karyanya, ‘MADILOG’, yang menawarkan prinsip materialisme, dialektika, dan logika sebagai ruh pembangunan. Namun, hampir delapan dekade setelah kemerdekaan, penerapan prinsip MADILOG belum sepenuhnya terwujud.
“Banyak yang masih terjebak dalam logika mistika, padahal Tan Malaka menegaskan pentingnya berpikir rasional dan ilmiah,” papar Dosen UIN Salatiga, MS Viktor Purhanudin, Senin (5/8).
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Ia menyerukan kepada mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) untuk menerapkan prinsip MADILOG dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan pembelajaran. Seruan ini disampaikan saat melepas mahasiswa PLP di MI Ma’arif Pulutan pada Senin (5/8).
Viktor mengamati bahwa logika mistika sering menggantikan metode ilmiah dalam penyelesaian masalah.
Ia mencontohkan penggunaan pawang hujan dalam ajang Formula One di sirkuit Mandalika Lombok beberapa tahun lalu sebagai contoh kecenderungan memilih logika mistika ketimbang metode ilmiah, yang menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Materialisme melihat realitas sebagai materi fisik yang dapat dijelaskan melalui interaksi materi. Dialektika melibatkan kontradiksi dan perubahan untuk memahami realitas, sementara logika mempelajari prinsip penalaran rasional,” jelas Viktor mengenai konsep MADILOG.
Viktor juga mengajak untuk menggabungkan MADILOG dengan teologi Islam, dengan keyakinan bahwa integrasi kedua prinsip ini dapat mempercepat kemajuan bangsa.
“Dengan menggabungkan MADILOG dan teologi Islam, kita dapat memajukan Indonesia secara ilmiah. Menyambut HUT RI yang akan datang, mari manfaatkan potensi ini untuk kemajuan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Aini Nur Faizah, Kepala MI Ma’arif Pulutan, memetaforakan acara pelepasan PLP laksana mitologi Gatot Kaca. Aini Nur Faizah mengatakan.
Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo
“Gatot Kaca bisa sakti mandraguna karena direbus di kawah candradimuka. Saya berharap adik-adik mahasiswa FTIK UIN Salatiga yang PLP di sini nanti juga akan kami ‘rebus’. Setelah purna dari kegiatan ini, adik-adik juga akan sakti seperti Gatot Kaca,” ujarnya.