“Haniyeh memimpin pertarungan politik untuk Hamas dengan pemerintah Arab,” kata Adeeb Ziadeh, seorang spesialis urusan Palestina di Universitas Qatar, sebelum kematiannya.
Ia menambahkan bahwa Haniyeh memiliki hubungan dekat dengan tokoh-tokoh garis keras di kelompok tersebut dan sayap militer. “Dia adalah front politik dan diplomatik Hamas,” kata Ziadeh.
Haniyeh dan Meshaal telah bertemu dengan para pejabat di Mesir, yang juga berperan sebagai mediasi dalam perundingan gencatan senjata. Haniyeh melakukan perjalanan pada awal November ke Teheran untuk bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, media pemerintah Iran melaporkan.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Tiga pejabat senior mengatakan kepada Reuters bahwa Khamenei telah mengatakan kepada pemimpin Hamas dalam pertemuan itu bahwa Iran tidak akan ikut perang jika tidak diberitahu sebelumnya. Hamas tidak menanggapi permintaan komentar sebelum Reuters menerbitkan laporannya, dan kemudian mengeluarkan bantahan setelah laporan tersebut dipublikasikan.
Saat masih muda, Haniyeh adalah seorang aktivis mahasiswa di Universitas Islam di Kota Gaza. Dia bergabung dengan Hamas ketika kelompok itu dibentuk dalam intifada Palestina Pertama pada tahun 1987. Dia ditangkap dan dideportasi sebentar.
Haniyeh menjadi anak didik pendiri Hamas Syekh Ahmad Yassin, yang seperti keluarga Haniyeh, adalah seorang pengungsi dari desa Al Jura dekat Ashkelon. Pada tahun 1994, dia mengatakan kepada Reuters bahwa Yassin adalah teladan bagi generasi muda Palestina, dengan mengatakan: “Kami belajar darinya kecintaan terhadap Islam dan berkorban demi Islam dan tidak berlutut di hadapan para tiran dan lalim ini.”
Pada 2003, dia menjadi salah satu ajudan Yassin yang dipercaya, difoto di rumah Yassin di Gaza sambil memegang telepon di telinga pendiri Hamas yang hampir lumpuh total sehingga dia dapat mengambil bagian dalam percakapan. Yassin dibunuh oleh Israel pada 2004.
Haniyeh adalah pendukung awal Hamas memasuki dunia politik. Pada tahun 1994, dia mengatakan bahwa membentuk partai politik “akan memungkinkan Hamas menghadapi perkembangan yang muncul”.
Awalnya ditolak oleh kepemimpinan Hamas, namun kemudian disetujui dan Haniyeh menjadi perdana menteri Palestina setelah kelompok tersebut memenangkan pemilihan parlemen Palestina pada tahun 2006, setahun setelah militer Israel menarik diri dari Gaza. Kelompok ini menguasai Gaza pada 2007. (*)