Brigadir Jenderal Soediarto
Pahlawan nasional dengan nama lengkap Brigadir Jenderal Siswosoelastro Soediarto ini lahir di Salatiga pada 25 Desember 1925.
Kisahnya terkenal dengan pengorbanannya yang memilih ikut berjuang daripada melanjutkan studinya ke Amerika Serikat.
Dilansir dari buku Salatiga dan Orang-Orang Ternama, sewaktu terjadinya pemberontakan di Maluku Selatan, Slamet Riyadi dan Soediarto masuk pilihan utama yang akan ditugaskan memadamkan pemberontakan.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Kala itu Soediarto terdaftar sebagai calon mahasiswa Akademi Militer Westpoint, Amerika Serikat.
Maka, ia pun tidak jadi ditugaskan ke Maluku. Tugas tersebut akhirnya dipegang oleh Slamet Riyadi.
Akan tetapi, Sudiarto rupanya lebih memilih untuk mengajukan permohonan penundaan kuliah.
Ia berkeinginan untuk berangkat ke Maluku membantu pasukan Slamet Riyadi.
Kedatangan pasukan ini diketahui oleh pemberontak Republik Maluku Selatan (RMS). Kapal yang ditumpangi Brigjen Sudiarto pun dihujani tembakan senapan mesin.
Akibat serangan tersebut, Sudiarto menderita luka yang cukup parah dan harus di operasi.
Soediarto dirawat di Kapal Palang Merah di Walbalong. Operasi yang dijalani Brigjen Sudiarto sebenarnya berjalan sukses. Namun, pasca operasi kondisinya mendadak memburuk. Sudiarto pun wafat di usia muda, 25 tahun, dalam pengorbanannya berjuang mempertahankan Indonesia.
Sebagai pengingat jasa-jasanya saat ini ketiga pahlawan asal Salatiga tersebut diabadikan dalam monumen Pahlawan Nasional asal Salatiga tepatnya di Alun-Alun Pancasila, Salatiga.
Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo
Berikut filosofi gunungan dengan tiga sisi pada patung Pahlawan yang ada di Lapangan Pancasila Salatiga:
Sisi Pertama Gunungan Kelahiran
Gunungan atau Kayon merupakan pusat perkeliran yang diartikan sebagai lambang bahwa pada awal mulanya sebelum ada kelahiran, pertama kali yang ada adalah kayu (hidup), yang dimaksudkan sebelum Bapak Adam lahir ke bumi yang ada hanyalah pohon dan binatang-binatang buas.
Tentang kelahiran berarti mengacu pada hari kelahiran dan perwatakannya, yang digambarkan dengan: Minggu: matahari atau awan; Senin: bunga; Selasa: api; Rabu: daun; Kamis: angin; Jumat: air: Sabtu: bumi atau tanah.
Sisi Kedua Gunungan Kehidupan
Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga melambangkan suatu rumah atau Negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia.