Tak tanggung-tanggung, pemerintah rela menggelontorkan dana yang cukup besar untuk pembangunan ini. Adapun ikon pahlawan Salatiga di lapangan pancasila terdapat 3 patung pahlawan yaitu Laksamana Madya Yos Sudarso, Brigadir Jendral Sudiarto, Marsekal Muda Agustinus Adisutjipto serta replika Batu Plumpungan.
Bahkan ketiga pahlawan asal Salatiga ini berasal dari matra yang berbeda, yakni Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Darat.
Laksamana Madya Yosaphat Soedarso
Pahlawan nasional yang biasa dikenal dengan nama Yos Sudarso ini lahir di Salatiga pada 24 November 1925.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Yos Sudarso sebenarnya bercita-cita menjadi prajurit sejak kecil. Namun, orang tuanya tidak menyetujuinya.
Yos Sudarso bahkan nyaris menjadi seorang guru setelah ia diterima di Kweekschool atau sekolah pendidikan guru di Muntilan.
Namun, karena situasi kala itu yang tidak kondusif akibat peralihan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang pada 1942 dan meletusnya Perang Dunia II, Yos Sudarso gagal menyelesaikan studi keguruannya. Sehingga ia menjadi prajurit angkatan laut.
Yos Sudarso gugur dalam Medan pertempuran laut Aru, Maluku.
Ketika berperang melawan Belanda, dalam misi pembebasan Papua Barat. Ia gugur diusia cukup muda 36 tahun.
Rumah masa kecil Yos Sudarso saat ini masih berdiri kokoh. Tepatnya di Jalan Gladagan, RT 01/RW 05, Kelurahan Salatiga, Sidorejo, Salatiga
Marsekal Muda Agustinus Adisutjipto
Agustinus Adisutjipto atau yang akrab disapa Tjip merupakan pahlawan nasional yang lahir di Salatiga pada 4 Juli 1916.
Adisutjipto merupakan putra sulung dari empat bersaudara yang semuanya laki-laki.
Ia dikenal sebagai sosok yang pendiam, namun tak ragu menghadapi bahaya. Ia gemar membaca buku filsafat kemiliteran, serta berolahraga seperti sepakbola, mendaki gunung, tenis, hingga catur.
Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Adisutjipto diangkat menjadi Komodor Muda Udara.
Adisutjipto pun diberikan wewenang penuh dalam bidang pendidikan bagi TKR Jawatan Penerbangan.
Hal ini dikarenakan, saat itu hanya ia yang memiliki Ijazah GMB (Groote Militaire Brevet) atau Brevet Penerbang Tingkat Atas.
Adisutjipto gugur ketika pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpanginya ditembak jatuh oleh pesawat Belanda.
Kala itu, Adisutjipto sedang dalam tugas mengangkut obat-obatan bantuan dari Palang Merah Malaya.