Berdasarkan informasi dari laman Taman Nasional Gunung Ciremai, sedikitnya telah terjadi 6 kali letusan dan peningkatan kegiatan vulkanik gunung ciremai. Mengutip Neumann van Padang (1951), K Kusumadinata (1979) dan Sumaryadi (2005), dapat diuraikan sebagai berikut :
- Pada tahun 1698 terjadi letusan dan peningkatan kegiatan vulkanik di Gunung Ciremai. Pada waktu itu, digambarkan sebuah gunung besar di Cirebon telah roboh dan menyebabkan permukaan air di sungai-sungai mendadak naik sehingga menyebabkan korban jiwa, tanpa data jumlah korban yang jelas.
- Kemudian pada 11-12 Agustus tahun 1772 terjadi letusan di kawah pusat.
- Pada bulan April tahun 1805 terjadi lagi letusan di kawah pusat meski tidak menimbulkan kerusakan.
- Pada tahun 1917 terjadi letusan dari tebing kawah sebelah selatan keluar asap Fumarola secara kuat. Sehingga membuat lubang yang cukup besar. Lubang itu sekarang diberi nama Goa Walet.
- Pada bulan September 1924 terjadi letusan yang menyertakan kepulan asap Fumarola yang bertambah kuat
- Terakhir, pada 24 Juni 1937 hingga 7 Januari 1938 terjadi letusan berupa letusan preatik dari kawah pusat dan dalam celah radial.
Dengan memperhatikan data diatas, terdapat jeda waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun.
Apa yang akan terjadi jika Gunung Ciremai meletus?
Disebutkan masih mengutip laman tersebut, sebaran abu letusan menutupi daerah seluas sekitar 53 kilometer persegi. Beruntung, umumnya letusan tersebut hanya menimbulkan kerusakan sekitar daerah puncak. Namun kadang-kadang peningkatan kegiatannya hanya berupa kepulan asap Fumarolanya bertambah kuat atau tebal.
Baca Juga:BPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan NilainyaDemonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah Korban
Diperoleh gambaran, arah penyebaran bahan letusan terutama bahaya luncuran awan panas (aliran piroklastik), aliran lahar dan lava dipengaruhi oleh keadaan bentuk alam. Jurusan luncuran awan panas aliran lahar terutama akan mengikuti jurang-jurang dan lembah-lembah sungai yang berhulu di sekitar puncak atau tepi kawah. Bahaya lontaran piroklastik seperti pecahan batuan, bom vulkanik, lapili, pasir dan abu penyebarannya dipengaruhi oleh arah tiupan angin yang berubah-ubah sesuai dengan keadaan musim.
Pemerintah telah memetakan daerah bahaya Gunung api Ciremai yang mungkin akan terlanda bahaya langsung apabila meletus seperti luncuran awan panas, aliran lava, lontaran piroklastik meliputin wilayah sektor barat, barat laut, timur laut dan tenggara. Wilayah ini terancam bahaya luncuran awan panas, aliran lava dan lahar. Sedangkan ke arah utara penyebarannya terhalang pegunungan Pulosari-Kromong dan ke arah selatan terhalang pegunungan Gegerhalang. Selain itu termasuk wilayah dalam radius sekitar 5 kilometer berpusatkan kawah yang dianggap di puncak, terancam bahaya lontaran piroklastik.