Namun Netanyahu mengecewakan harapan tersebut. Sebaliknya, ia mengulangi retorika sayap kanan yang dianggap tidak manusiawi dan anti-Palestina.
“Ini bukan benturan peradaban. Ini adalah bentrokan antara barbarisme dan peradaban,” kata Netanyahu kepada Kongres.
“Ini adalah bentrokan antara mereka yang mengagungkan kematian dan mereka yang mensucikan kehidupan. Agar kekuatan peradaban dapat menang, Amerika dan Israel harus bersatu. Karena ketika kita bersatu, sesuatu yang sangat sederhana terjadi: Kita menang, mereka kalah.”
Baca Juga:BPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan NilainyaDemonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah Korban
Dalam menjelaskan seperti apa kehidupan setelah perang, ia membuat sketsa sebuah visi yang melibatkan pasukan Israel yang mempertahankan kendali atas Gaza. Menurutnya, ini yang akan nantinya disebut sebagai ‘Gaza Baru’.
“Visi saya pada hari itu adalah demiliterisasi dan deradikalisasi Gaza. Israel tidak berupaya untuk memukimkan kembali Gaza,” ujarnya.
“Namun di masa mendatang, kita harus tetap mengontrol keamanan di sana untuk mencegah bangkitnya kembali teror, untuk memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel. Generasi baru warga Palestina tidak lagi harus diajari untuk membenci orang-orang Yahudi, melainkan hidup damai bersama kami.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, Netanyahu menyerukan kepada para legislator AS agar bantuan militer ditingkatkan dan disalurkan lebih cepat. Ia menyebut semakin cepat bantuan amunisi datang, semakin cepat perang selesai.
“Bantuan militer AS yang cepat dapat mempercepat berakhirnya perang di Gaza dan membantu mencegah perang yang lebih luas di Timur Tengah,” kata Netanyahu kepada Kongres AS. (*)