Mengenai Cina, Harris telah lama memposisikan dirinya dalam arus utama bipartisan Washington mengenai perlunya AS melawan pengaruh Cina, khususnya di Asia. Dia kemungkinan akan mempertahankan sikap Biden untuk menghadapi Beijing bila diperlukan sambil juga mencari bidang kerja sama, kata para analis.
Harris telah melakukan beberapa perjalanan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan di kawasan yang dinamis secara ekonomi, termasuk ke Jakarta pada bulan September untuk menggantikan Biden di pertemuan puncak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Selama kunjungan tersebut, Harris menuduh Cina mencoba memaksa negara-negara tetangga yang lebih kecil untuk mengajukan klaim teritorialnya di Laut Cina Selatan yang disengketakan.
Biden juga mengirim Harris dalam perjalanan untuk memperkuat aliansi dengan Jepang dan Korea Selatan, sekutu utama yang mempunyai alasan untuk khawatir tentang komitmen Trump terhadap keamanan mereka.
Baca Juga:BPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan NilainyaDemonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah Korban
“Dia menunjukkan kepada kawasan bahwa dia antusias untuk mempromosikan fokus Biden pada Indo-Pasifik,” kata Murray Hiebert, peneliti senior Program Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington. Meskipun dia tidak bisa menandingi “kemampuan diplomatis” yang telah dikembangkan Biden selama beberapa dekade, “dia melakukannya dengan baik,” tambahnya.
Namun, seperti bosnya, Harris kadang-kadang rentan terhadap kesalahan verbal. Dalam tur Zona Demiliterisasi antara Korea Selatan dan Utara pada bulan September 2022 untuk menegaskan kembali dukungan Washington terhadap Seoul, ia secara keliru menyebut-nyebut “aliansi AS dengan Republik Korea Utara”, yang kemudian dikoreksi oleh para ajudannya.
Jika Harris menjadi pengusung standar partainya dan dapat mengalahkan keunggulan Trump dalam jajak pendapat sebelum pemilu untuk memenangkan Gedung Putih, konflik Israel-Palestina akan menjadi agenda utama Harris, terutama jika perang Gaza masih berkecamuk.
Harris juga diperkirakan akan bersikap tegas terhadap musuh bebuyutan Israel di kawasan, Iran, yang kemajuan nuklirnya baru-baru ini telah meningkatkan kecaman AS.
Jonathan Panikoff, mantan wakil pejabat intelijen nasional AS untuk Timur Tengah, mengatakan meningkatnya ancaman “persenjataan” program nuklir Iran bisa menjadi tantangan besar bagi pemerintahan Harris, terutama jika Teheran memutuskan untuk menguji pemimpin baru AS tersebut.