SENATOR Amerika Serikat Ron Johnson mengungkapkan bahwa agen (Secret Service) Dinas Rahasia AS tidak hadir dalam pengarahan keamanan yang diberikan kepada tim senjata dan taktik khusus (SWAT) serta penembak jitu lokal pada pagi hari sebelum terjadinya penembakan Donald Trump.
Pernyataan Jonhson itu berdasarkan laporan yang ia bagikan pada hari Minggu (21/7) seusai bertemu pejabat pemerintah federal dan lokal untuk menyelidiki kesalahan pengamanan pada hari kejadian tersebut.
Hasil penyelidikan juga mendapati bahwa penegak hukum setempat mengatakan komunikasi dilakukan secara tertutup dan mereka tidak sering melakukan kontak radio langsung dengan Dinas Rahasia AS tersebut.
Baca Juga:BPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan NilainyaDemonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah Korban
Selain itu, penegak hukum setempat memberi tahu komando tentang penembak sebelum kejadian dan menerima konfirmasi bahwa Dinas Rahasia AS mengetahui pemberitahuan tersebut.
Setelah penembakan tersebut, anggota Dinas Rahasia terlihat di atap gedung American Glass Research, tempat penembak berada, bersama penegak hukum setempat.
Foto penembak kemudian dikirim ke Biro Alkohol, Tembakau dan Senjata Api (ATF) untuk pengenalan wajah.
Penegak hukum setempat juga mengatakan Dinas Rahasia AS pada awalnya tidak akan mengirim penembak jitu ke kampanye Trump tersebut.
Trump diserang pada 13 Juli saat menyampaikan pidato kampanye di depan para pendukungnya di negara bagian Pennsylvania, Butler County.
Satu orang tewas dan dua lainnya luka-luka. Dinas Rahasia AS mengumumkan bahwa penyerang telah “dinetralkan” di tempat kejadian.
FBI mengklasifikasikan serangan itu sebagai upaya pembunuhan dan mengidentifikasi pelaku yang terbunuh di tempat kejadian sebagai Thomas Matthew Crooks yang berusia 20 tahun. (*)