Surat Pernyataan Terkait Pertemuan Dengan Presiden Israel Dalam Rangka Kegiatan Di Israel-Palestina
Oleh Zainul Maarif
(Peneliti, Pengajar, dan Pelaku Dialog Lintas Iman untuk Perdamaian)
1. SAYA MEMINTA MAAF kepada masyarakat Indonesia, umat Islam, warga Nahdlatul Ulama’ dan institusi-institusi di mana saya bekerja/berorganisasi atas ketidaknyamaan yang terjadi setelah saya bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, tanggal 3 Juli 2024.
2. Pertemuan dengan Presiden Israel itu hanya pertemuan tambahan (tentatif) dari kegiatan inti “PENELITIAN LAPANGAN DAN DIALOG LINTAS IMAN UNTUK PERDAMAIAN”, yang diselenggarakan di Palestina dan Israel, 30 Juni – 5 Juli 2024.
Baca Juga:Komnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo4 Kecamatan 9 Desa 16.422 Jiwa Terdampak Banjir di Cirebon: Tanggul Sungai Jebol
3. Penelitian yang saya lakukan mengenai “KEHIDUAN MUSLIM DI ISRAEL”, mengingat kondsi muslim di Palestina, khususnya di Gaza, sudah banyak dibahas.
4. Sebagai kegiatan dialog lintas iman, saya berangkat dari Indonesia ke Palestina dan Israel, tidak hanya dengan teman-teman Muslim, tapi juga dengan rekan-rekan beragama Katolik, Kristen, dan Yahudi.
5. Di Palestina dan Israel, KAMI, ROMBONGAN LINTAS IMAN DARI INDONESIA, bertemu degan tokoh-tokoh lintas iman dari Palestina dan Israel. Kami juga bertemu dengan warga sipil Palestina dan Israel, serta mendapat kesempatan bertemu dengan Presiden Israel.
6. Dalam pertemuan dengan Presiden Israel selama kurang lebih 20-30 menit, kami rombongan lintas iman dari Indonesia hadir menunjukkan kebhinekaan Indonesia yang hidup rukun, serta mengungkapkan pesan perdamaian.
7. Menyampaikan pesan perdamaian di hadapan Presiden Israel berarti MEMINTA ISRAEL MENGHENTIKAN SERANGANNYA YANG MELAMPAUI BATAS TERHADAP WARGA PALESTINA DI GAZA.
8. Ketika meminta Presiden Israel untuk tidak memerangi warga Palestina lagi, saya menyadari diri saya bukan siapa-siapa untuk bisa mempengaruhinya. Namun saya merasa perlu memanfaatkan kesempatan untuk menjalankan ajaran Islam berupa hadits Nabi Muhammad Saw, yang artinya “JIHAD TERBAIK ADALAH MENYAMPAIKAN KEBENARAN DI HADAPAN PEMIMPIN YANG ZALIM”.
9. Saat menyampaikan kebenaran (berupa penghentian perang) di hadapan Presiden Israel, saya mengerti bahwa Presiden Israel hanya pemimpin simbolis. Namun bagaimanapun juga dia pemimpin Israel, yang bisa saya temui. Lagipula saya bukan politisi, melainkan salah satu orang rombongan lintas iman Indonesia. Oleh sebab itu, yang saya sampaikan hanya menyelarasi pesan moral agama saya, yaitu lslam, yang seakar dengan salam, yang berarti damai.