Saat itu, Cirebon sudah menjadi salah satu bandar niaga internasional yang menyalurkan komoditas rempah-rempah berupa lada dari pedalaman Jawa Barat menuju Eropa, melalui Malaka dikutip dari Lombard, Denys. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya, Batas-Batas Pembaratan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Cirebon dikelilingi wilayah geografis yang subur. J.A. van der Chijs dalam Inventaris van’ s Lands Archief te Batavia, 1602-1816, mencatat dalam Res.26/1211166 bahwa terdapat perkebunan lada di Sukapura (kini wilayah Kejaksan) dikutip dari Leirissa, RZ. 1996. Cirebon Dalam Arsip VOC dalam Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah. (Susanto Zuhdi (Ed.). Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI
Hasil rempah-rempah ini mampu membuat Cirebon berniaga dengan daerah lain semisal dengan Tiku, Sumatra Barat. Dari Dagh-Register 28 Maret 1633, disebutkan bahwa di Tiku terdapat dua buah perahu dari Cirebon yang membawa lebih kurang 1000/5000 pikul lada. Pada tanggal 19 Desember 1633, diberitakan adanya kapal-kapal yang datang dari Cirebon ke Batavia membawa rempah-rempah asam, gula, dan beras. Dari Dagh-Register 5 Januari 1682, disebutkan pula penyerahan keuntungan penjualan rempah-rempah lada, beras, gula, minyak kelapa dari Cirebon ke Batavia dikutip dari Tjandrasasmita, Uka. 1996. Bandar Cirebon dalam Jaringan Pasar Dunia dalam Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah. (Susanto Zuhdi (Ed.). Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI
Baca Juga:Komnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo4 Kecamatan 9 Desa 16.422 Jiwa Terdampak Banjir di Cirebon: Tanggul Sungai Jebol
Hal ini membuktikan bahwa rempah-rempah tidak hanya bersumber dari Indonesia bagian timur, tapi Cirebon (juga Lampung dan Banten) merupakan penghasil lada yang penting di Nusantara. Peran penting Cirebon juga disebut oleh Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java: “Tidak ada kapal-kapal yang dapat melewati Malaka menuju Siak, kecuali yang diberikan izin oleh VOC satu tahun sekali pada tiga kapal dari Batavia, dua dari pantai Jawa, dan satu dari Cheribon.”
Dengan potensi yang dimilikinya, VOC kemudian menguasai Cirebon melalui perjanjian 7 Januari 1681 dengan memonopoli impor pakaian, kapas, opium, dan monopoli ekspor rempah-rempah, seperti lada, kopi, serta kayu, gula, beras, dan produk lain tanpa pajak.