Pengamat: Menyamakan Yahudi dengan Zionis Kesalahan Serius

Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Heru Subagia alumnus Hubungan Internasional Fisipol angkatan 1996 saat m
Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Heru Subagia alumnus Hubungan Internasional Fisipol angkatan 1996 saat meninjau Pasar Ikan Lengkong Sindangwangi, Majalengka, Jumat (19/7)
0 Komentar

Mulai tahun 1929, orang-orang Arab dan Yahudi secara terbuka berperang di Palestina, dan Inggris berusaha membatasi imigrasi Yahudi sebagai cara untuk menenangkan orang-orang Arab. Akibat Holocaust di Eropa, banyak orang Yahudi yang memasuki Palestina secara ilegal selama Perang Dunia II . Kelompok-kelompok Yahudi menggunakan terorisme untuk melawan pasukan Inggris di Palestina, yang mereka pikir telah mengkhianati perjuangan Zionis. Pada akhir Perang Dunia II, pada tahun 1945, Amerika Serikat mengambil alih perjuangan Zionis. Inggris, karena tidak dapat menemukan solusi praktis, menyerahkan permasalahan tersebut ke PBB, yang pada bulan November 1947 memutuskan untuk membagi Palestina.

Mengutip Ilan Pappe, Heru menyebut bahwa menyamakan Yahudi dengan Zionis merupakan mitos yang sengaja dibuat oleh para cendekiawan Zionis agar mendapatkan simpati dunia. Zionisme sebagai sebuah gerakan etno-nasionalis, banyak dipengaruhi oleh paradigma imperialisme Eropa. Pappe menyebutnya sebagai gerakan kolonial perebut tanah secara permanen (settler colonial movement) yang memiliki kesamaan dengan gerakan kolonial yang sama di berbagai bagian dunia seperti di Amerika, Afrika Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Heru mengatakan bahwa banyak Yahudi dari berbagai aliran, mulai dari ultra-ortodoks hingga reformis, yang memiliki pandangan kritis terhadap zionisme dan kebijakan Israel terkait Palestina. Mereka menganggap zionisme sebagai perwakilan politik yang tidak mewakili keyakinan agama Yahudi.

Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo

“Sejak munculnya gerakan zionis sampai hari ini, ideologi ini terus dikritik oleh kalangan Yahudi sendiri, mulai dari aliran ultra orthodox sampai reformist. Hari ini, di antara para penolak zionisme dan aneksasi Israel terhadap Palestina yang paling keras, adalah orang-orang Yahudi sendiri,” ungkapnya.

Menurut Heru, organisasi seperti Jewish Voice for Peace adalah contoh dari gerakan Yahudi yang menolak zionisme dan mengadvokasi perdamaian dan hak asasi manusia di Israel-Palestina. Mereka telah melakukan aksi-aksi demonstrasi dan advokasi yang signifikan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

Selain itu, sejumlah tokoh intelektual seperti Noam Chomsky, Ilan Pappe, Norman Finkelstein, dan Gilad Atzmon adalah orang-orang Yahudi dan memiliki pandangan anti-zionisme. Mereka memberikan sudut pandang yang kritis terhadap kebijakan Israel dan zionisme dalam kerangka hak asasi manusia dan keadilan.

0 Komentar