ZIONISME adalah tentang upaya mencapai negara Yahudi yang merdeka. Kata tersebut berasal dari Sion, sebuah bukit dekat kota Yerusalem. Namun tidak semua orang Yahudi tinggal di Israel dan tidak semua penduduk Israel adalah orang Yahudi.
Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Heru Subagia alumnus Hubungan Internasional Fisipol angkatan 1996 menegaskan bahwa penting untuk memahami perbedaan antara zionisme sebagai ideologi politik dan agama Yahudi sebagai keyakinan keagamaan. Menyamakan keduanya adalah suatu kesalahan yang serius dan merugikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konflik Israel-Palestina.
“Menyamakan antara zionisme (ideologi imperialisme) yang bertanggungjawab atas kejahatan terhadap Palestina dengan agama Yahudi adalah satu falasi yang sangat serius,” ucapnya, Jumat (19/7).
Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo
Israel modern berawal dari gerakan Zionisme , yang didirikan pada akhir abad ke-19 oleh orang-orang Yahudi di Kekaisaran Rusia yang menyerukan pembentukan negara Yahudi teritorial setelah mengalami penganiayaan. Pada tahun 1896, jurnalis Yahudi-Austria Theodor Herzl menerbitkan pamflet politik berpengaruh berjudul Negara Yahudi, yang menyatakan bahwa pendirian negara Yahudi adalah satu-satunya cara untuk melindungi orang Yahudi dari anti-Semitisme. Herzl menjadi pemimpin Zionisme, mengadakan Kongres Zionis pertama di Swiss pada tahun 1897. Palestina yang dikuasai Ottoman, tempat asal orang-orang Yahudi, dipilih sebagai lokasi yang paling diinginkan untuk sebuah negara Yahudi, dan Herzl tidak berhasil mengajukan petisi kepada pemerintah Ottoman untuk pembentukan negara Yahudi. piagam.
Setelah Revolusi Rusia yang gagal pada tahun 1905, semakin banyak orang Yahudi di Eropa Timur dan Rusia yang mulai berimigrasi ke Palestina, bergabung dengan ribuan orang Yahudi yang datang lebih awal. Para pemukim Yahudi bersikeras menggunakan bahasa Ibrani sebagai bahasa lisan mereka. Dengan runtuhnya Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I , Inggris mengambil alih Palestina. Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan “ Deklarasi Balfour ,” yang menyatakan niatnya untuk mendirikan tanah air Yahudi di Palestina. Meskipun diprotes oleh negara-negara Arab, Deklarasi Balfour termasuk dalam mandat Inggris atas Palestina, yang disahkan oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1922. Karena penolakan Arab terhadap pendirian negara Yahudi di Palestina, kekuasaan Inggris terus berlanjut sepanjang tahun 1920-an. dan tahun 30an.