Dorongan selanjutnya yakni meminta semua pihak memutus hubungan dalam bentuk apapun dengan Rezim Kolonial Apartheid Israel yang telah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
“Tidak ada sikap netral di hadapan kezaliman. Penjahahan Israel terhadap Palestina harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kemudian meminta semua pihak mewaspadai setiap agenda lobi dan propaganda Israel yang berusaha mempengaruhi dan memecah belah umat guna menggerus dukungan terhadap kemerdekaan Palestina,” katanya dengan tegas.
FPN juga menyerukan kepada semua pihak untuk membangun persatuan perjuangan dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Setiap bentuk cacian dan makian terhadap sesama, kata Furqan, hanya akan menguntungkan Israel.
Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo
“Serta menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mengintensifkan gerakan BSD (Boikot-Sanksi-Divestasi) dan Blockout. Belum lengkap kemerdekaan Indonesia jika Palestina belum merdeka, begitu kata Bung Karno,” ucap Furqan dengan lantang.
Dalam agenda itu turut hadir Dina Y. Sulaeman, Pakar Kajian Asia Barat/Timur Tengah dan Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Dina mengungkap bahwa sampai saat ini masih ada gerakan Israel yang masuk ke Indonesia.
“Gerakan itu sudah lama ya, banyak lembaga yang beri dana dan memberi undangan pada tokoh politik, cendekiawan, seleb dll di Indonesia untuk mereka datang ke sana dan dapat penjelasan. Bahwa Israel itu demokratis, punya keunggulan teknologi, negara yang aman, damai, bahkan memberikan beasiswa ke sana,” ucapnya yang merupakan Ketua Dewan Pakar FPN.
Apa tujuannya? Dina mengatakan bahwa agenda-agenda tersebut merupakan kerja-kerja diplomasi publik sejak lama. Jejaringnya selama dari media Israel menawarkan lewat universitas, lembaga penelitian, NGO, dan menawarkan kerjasama.
Namun yang kerap membuat terkecoh, kata Dina, bahwa dalam strategi tersebut Israel melakukan pendekatan isu yang positif. Sebut saja seperti mengadakan dialog antar agama dan toleransi beragama. Dina mengatakan bahwa nantinya, hal ini dijadikan senjata untuk menggiring pemahaman publik.
“Yang perlu dicermati, isu yang ditawarkan adalah isu dialog antar agama, isu moderasi dan toleransi agama. Ini baik sebetulnya, sama sekali tidak kita tolak, tapi narasi ini dimanfaatkan untuk menjustifikasi Israel seolah saat mengkritik Israel, yang diterapkan itu kita anti yahudi, tidak toleran, dll,” ucap Dina.