SALAH satu tokoh cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) yang berangkat ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, Zainul Maarif, meminta maaf atas peristiwa tersebut.
Hal ini disampaikan usai dia dipanggil ke kantor PWNU Jakarta, Matraman, Jakarta, Kamis (18/7).
“Saya Zainul Maarif dalam hal ini minta maaf kepada masyarakat Indonesia wabil khusus umat Islam, wabil khusus lagi kepada Nahdlatul Ulama, dan organisasi yang di mana saya berada di sana atas apa yang ketidaknyamanan yang muncul akhir-akhir ini terkait dengan kunjung saya ke Palestina dan Israel,” ujar Zainul kepada wartawan.
Baca Juga:Komnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo4 Kecamatan 9 Desa 16.422 Jiwa Terdampak Banjir di Cirebon: Tanggul Sungai Jebol
“Sekali lagi saya mohon maaf dan ini adalah suatu pelajaran besar bagi saya pribadi bahwa niat baik, tindakan baik, kadang efeknya belum tentu baik. Itu pelajaran besar bagi saya pribadi dan ini saya mewakili kawan-kawan semua,” sambungnya.
Zainul mengatakan, kepergiannya ke Israel dan bertemu dengan Isaac, tidak terkait dengan NU.
Ia berangkat atas kemauan dan niat pribadi.
“Perlu diketahui bahwa ini adalah kegiatan lintas iman bukan hanya NU, ini juga tidak ada urusannya dengan NU secara kelembagaan. Tapi secara personal dan ini adalah dialog lintas iman pesertanya ada dari Kristen, Katolik, juga dari Yahudi dan Muslim,” ujar Zainul.
“Jadi ini kegiatan lintas iman dan saya dalam hal ini sekali saya meminta maaf atas segala yamg terjadi dan ini pelajaran penting buat saya tindakan dan niat baik itu efeknya ternyata memberikan efek buruk,” terangnya.
Lebih lanjut, Zainul menceritakan awal mendapat tawaran untuk ke Israel. Ia mengatakan mendapatkan tawaran dari kawannya dari Universitas Harvard untuk melakukan penelitian lapangan. Dia berangkat dengan visa turis dengan penerbangan transit dari Jakarta ke Dubai, lalu ke Israel.
“Kemudian apa yang saya teliti di sana? Pada dasarnya saya ingin meneliti tentang the life of Muslim in Israel. Bagaimana kehidupan Muslim di sana? Kalau kehidupan Muslim di Gaza kita sudah tahu,” jelas Zainul.
Zainul berpesan agar tidak serta-merta menerima undangan tanpa melakukan konsultasi. Dia pun menegaskan dirinya cinta Palestina.