Oleh sebab itu, Monique menegaskan kunjungan lima cendekiawan NU ke Israel tidak perlu dipersoalkan karena tiga dasawarsa lalu Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang merupakan cucu pendiri NU, pernah berkunjung ke Israel. Kemudian Yahya Staquf – saat ini menjadi Ketua Umum PBNU – melawat ke Israel pada 2018.
Dia mengatakan yang paling penting saat ini adalah untuk mewujudkan perdamaian Palestina-Israel, maka harus melihat juga sisi Israel. Dia heran setiap kali ada tokoh dari Indonesia ke Israel selalu dikecam dan menolak. Ini menunjukkan keinginan untuk mengenal kurang dan semangat cinta damainya amat minim.
Kunjungan tokoh NU ke Israel bukan yang pertama terjadi. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, merupakan cucu dari pendiri NU Kiai Hasyim Asy’ari, juga pernah melawat negara Bintang Daud itu pada 1994. Kemudian Kiai Marsudi Syuhud ketika menjabat di Majelis Ulama Indonesia. Lalu Yahya Cholil Staquf pada 2018.
Baca Juga:4 Kecamatan 9 Desa 16.422 Jiwa Terdampak Banjir di Cirebon: Tanggul Sungai JebolIbu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa Hukum
Yahya mengakui lawatannya ke Israel enam tahun lalu juga atas nama pribadi pada 2018. Karena itu, dia mempertangungjawabkannya secara pribadi. Padahal jabatannya saat itu adalah anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
“Waktu saya ke sana, saya tidak pernah nyebut-nyebut NU kecuali Gus Dur yang saya katakan sebagai guru saya dan inspirator saya. Tapi segala sesuatunya saya pertanggungjawabkan secara pribadi,” tuturnya.
Dia menjelaskan Gus Dur sebelum berkunjung ke Israel berkonsolidasi lebih dulu dengan para kiai NU mengenai gagasannya menjalin relasi dengan Israel. Alhasil, kiai-kiai NU itu merestui keberangkatan Gus Dur ke Israel.
Sepulangnya ke Indonesia, Gus Dur kembali berbicara kepada kiai-kiai NU. Proses ini yang jarang diketahui masyarakat luas sehingga memicu kontroversi di masyarakat luas.
Mengikuti jejak Gus Dur, Yahya mengaku sowan pula ke para kiai sebelum terbang ke Israel, di antaranya Kiai Mustofa Bisri, Kiai Said Aqil Siradj. Bahkan, dia mengajak salah satu tokoh Yahudi untuk berdialog dengan Kiai Makmun Zubeir selama empat jam. Setiba di Indonesia, dia melapor kepada para kiai.
Dia menceritakan Gus Dur pergi ke Israel tidak asal datang untuk bertemu dengan sejumlah pihak. Gus Dur memiliki alasan strategis untuk bertemu Shimon Peres ketimbang Yitzhak Shamir. Gus Dur tahu betul posisi para elite politik Israel dan siapa yang harus diajak berkomunikasi dan didekati. Menurut Yahya, dirinya pun mencontoh Gus Dur bahkan berhubungan dalam skala lebih luas dengan para tokoh Yahudi di Amerika dan Eropa.