“Ummi, kalau ada kesukaran jangan segan-segan katakan kepada saya. Saya akan tolong sekedar tenaga saya,” katanya kepada Siti Raham, sebagaimana diceritakan Hamka.
Dan sang istri Hamka hanya menjawab pendek, tak ingin merepotkan, “Terima kasih, sekarang masih ada persediaan.”
Kebaikan Reuneker menjadi kabar penghibur bagi Hamka saban dibesuk keluarganya. Di samping yang berbuat baik secara jelas, ada pula pihak-pihak yang memilih diam-diam membantu Hamka. Orang-orang tak dikenal itu mengirimkan beras, uang, ataupun wesel ke penghuni nomor 1 di Jalan Raden Patah III.
Baca Juga:4 Kecamatan 9 Desa 16.422 Jiwa Terdampak Banjir di Cirebon: Tanggul Sungai JebolIbu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa Hukum
Agustus 1964, atau delapan bulan dalam tahanan, wasir dan disentri mengakrabi Hamka. Kala itu Hamka masih berada di tahanan Mega Mendung, Bogor. Hamka berlekas melapor ke polisi agar didatangkan Saifullah Nur, dokter pribadinya. Atas saran dokter, Hamka memang harus dirawat di rumah sakit. Hamka ditempatkan di salah satu kamar di Rumah Sakit Persahabatan; tempat yang difungsikan pula sebagai ruang tahanannya hingga kelak menghirup udara bebas.
Dari seorang polisi yang menjaganya selama di tahanan Mega Mendung, Hamka mendapatkan informasi bahwa pemindahannya ke rumah sakit adalah efek pemberitaan BBC London, yang menyiarkan bahwa selama di ruang tahanan Hamka jatuh sakit tapi tidak mendapatkan pengobatan.
Dua hari setelah pemeriksaan penyakit, keluarga Hamka datang ke Mega Mendung. Pihak keluarga turut menyaksikan pemindahan Hamka ke Rumah Sakit Persahabatan di Rawamangun. Selain sang istri dan putra tertuanya, Zaki, hadir pula Reuneker.
“Sungguh saya terharu atas kedatangan Reuneker bersama istri dan anak saya ke tempat saya ditahan buat dipindahkan ke rumah sakit. Dia menunjukkan kecemasan mendengar saya sakit. Dia menembus hambatan polisi yang akan mempersukar pertemuannya dengan saya,” kenang Hamka.
Berikutnya, Reuneker turut mengantarkan Hamka dari rumah tahanan sampai ke Rumah Sakit Persahabatan.
Selepas pembebasan Hamka dari segala tuduhan, keadaan kembali berbalik normal. Bila dengan beberapa orang yang sempat menjaga jarak saja kembali ke sediakala, apatah lagi dengan Reuneker, tentunya kian rapat. Dan itu dibuktikan ketika Hamka kembali “merepotkan” Reuneker. Pada 1968, Hamka pergi naik haji bersama istri dan Irfan; Reuneker terpanggil menjaga rumah dan anak-anak yang ditinggalkan tanpa ada sikap keberatan.