Lebih lanjut, tulis Warin, sebenarnya, tiga buah batu yang dimaksud sama sekali tidak memiliki keterkaitan dengan legenda perjalanan Ki Ageng Pandanaran. Melainkan tiga batu yang dimaksud adalah keberadaan tiga buah bangunan candi yang terletak di sebuah daerah dengan topografi cekungan dan memiliki beberapa sumber mata air.
“Agaknya situs tersebut tidak hanya tempat pemujaan berupa percandian namun juga patirtan yang terletak di taman bunga dan hanya boleh dikunjungi oleh wanita dari kalangan ningrat saja pada masa itu. Daerah tersebut berlokasi di Kalitaman yang saat ini masuk ke dalam wilayah administrasi Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo,” tulisnya.
Warin menjelaskan, sejak berabad-abad yang lalu, nama Kalitaman ternyata sudah dipakai. Penduduk Eropa dahulu juga menyebut Kalitaman dengan Keizersbad yang bermakna ‘pemandian raja’. Lokasi tiga bangunan candi tersebut tepatnya berada di sekitar pemandian kolam renang Kalitaman, Kali Putri, dan Kali Lanang.
Baca Juga:4 Kecamatan 9 Desa 16.422 Jiwa Terdampak Banjir di Cirebon: Tanggul Sungai JebolIbu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa Hukum
“Candi-candi itu dibangun oleh seorang pangeran dari Pengging bernama Prabu Birowo oada sekitar 1300 saka. Nama Kali Wedok dan Kali Lanang sendiri ternyata sudah dipakai sejak ratusan tahun silam,” tulisnya.
Menurut Warin, dari sinilah nama Salatiga sesungguhnya berasal. Masyarakat ketika itu umum menyebut suatu daerah dengan potensi yang terdapat pada daerah tersebut. Penggunaan nama Selo sendiri merujuk kepada candi karena bangunan candi umumnya terbuat dari bahan batu. Maka untuk menamai daerah ini, masyarakat biasa menyebut dengan kata Selo-tigo, karena terdapat tiga buah candi yang terdapat di Kalitaman. Seiring berjalannya waktu, pelafalan Selo-tigo sedikit mengalami perubahan hingga menjadi Salatiga.
“Penggunaan nama candi dengan awalan kata Selo juga sangatlah umum dipakai khususnya candi-candi di Pulau Jawa. Contohnya Candi Selogriyo (Magelang), Candi Selo Tumpuk (Blitar) dan Candi Selo Kelir (Mojokerto). Agaknya, literasi tentang asal muasal nama Salatiga yang satu ini lebih masuk akal dan bukan merupakan sebuah legenda ataupun cerita rakyat,” tutupnya. (*)