PROFESOR Harvard Kenneth Rogoff mengingatkan Amerika Serikat (AS) saat melawan China dengan strategi pemblokiran. AS disebut harus siap menghadapi kenyataan tidak menyenangkan dan akan mengalami kehancuran ekonomi.
Pemerintah AS diketahui berulangkali melakukan pembatasan perdagangan untuk China. Bahkan dua kandidat presiden Joe Biden dan Donald Trump memasukkan pembatasan China dalam janji politiknya.
Biden telah mengumumkan akan menaikkan tarif pada teknologi canggih China senilai US$18 miliar. Sementara Trump menjanjikan menerapkan tarif impor dari China sebesar 60%.
Baca Juga:4 Kecamatan 9 Desa 16.422 Jiwa Terdampak Banjir di Cirebon: Tanggul Sungai JebolIbu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa Hukum
Namun kebijakan itu tidak akan membawa keuntungan untuk pekerja AS, seperti yang diharapkan pemerintah sebelumnya. Sebaliknya kebijakan pembatasan hanya akan mengganggu manfaat perdagangan bebas di AS. Termasuk mereka yang berpendapatan rendah.
“Meski kompetisi dengan produsen China berdampak buruk pada sejumlah pekerjaan manufaktur, perdagangan bebas tidak diragukan akan menciptakan lebih banyak yang diuntungkan dari yang dirugikan,” kata Rogoff, dikutip dari Business Insider, Rabu (10/7/2024).
“Konsumen AS berpendapatan rendah jadi salah satu penerima manfaat paling besar dari impor China berbiaya rendah,” ujar dia menambahkan.
Rogoff mengatakan kebijakan pengawasan AS dilakukan karena ada ketakutan soal ‘kejutan China’. Hal ini terjadi saat impor negara itu melonjak tajam selama tahun 2000-an, yang akhirnya melemahkan manufaktur AS.
Kejutan China yang terjadi di masa lampau disebut sebagai kesalahan besar. Termasuk juga membuat kota-kota hancur dan meningkatkan adanya ketimpangan.
“Dalam kebijakan AS, ‘kejutan China’ digambarkan sebagai kesalahan besar menghancurkan kota di seluruh Rust Belt dan meningkatkan ketimpangan,” jelas dia. (*)