PERTEMUAN Sueb dengan Haryanto bisa jadi salah satu fenomena politik yang cukup menarik. Pasalnya dua tokoh ini bisa dianggap sebagai kutub politik yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat khususnya, Kabupaten Cirebon.
Di tengah ramainya spekulasi tentang komposisi pasangan kandidat calon kepala daerah, wacana duet Sueb dengan Haryanto dapat menjadi kejutan politik yang menantang setiap pendapat umum. Lantas, bagaimana jika pasangan Sueb-Haryanto ini benar-benar terjadi?
Pemberitaan pasangan bakal calon Pilkada 2024 di Kabupaten Cirebon menjadi atensi warganet akhir-akhir ini. Hal ini tidak lepas dari semakin intensnya akrobat politik yang dipertontonkan para kandidat di berbagai macam platform media sosial.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Sueb dikenal yang dikenal sebagai pengusaha sukses dan tokoh sentral di Forum Cirebon Timur Mandiri, membawa perspektif ekonomi dan sosial yang sangat kuat. Sementara, Haryanto, memiliki latar belakang kepemimpinan dan pengalaman luas dalam politik menambahkan wawasan strategis dan kebijakan yang mendalam.
Bisa jadi, orang menilai pasangan yang cocok dengan Sueb adalah Haryanto ataupun sebaliknya, karena faktor-faktor kedekatan dan sejarah yang memungkinkan kedua kandidat ini dapat berlaga di Pilkada 2024.
Dalam politik semua hal dapat terjadi. Mengutip mantan Kanselir Jerman Otto von Bismarck, politik adalah seni dari kemungkinan-kemungkinan, sesuatu yang dapat dicapai dan juga politik merupakan seni untuk memilih yang terbaik bagi persoalan umat manusia.
Jika politik diumpamakan sebagai seni, maka politik tidak dapat dibatasi oleh kalkulasi eksakta yang kaku maupun dibatasi hanya dengan satu pilihan tunggal. Seni politik menandakan munculnya ribuan kemungkinan berdasarkan perspektif, momentum, dan berbagai variabel lainnya.
Pilihan-pilihan politik terejawantah secara multi dimensi. Dalam konteks ini, politik berbeda dengan seni, pilihan-pilihan multi dimensi politik terikat oleh satu hal, yaitu kepentingan. Jika esensi dari seni adalah idealisme, maka jiwa dari politik adalah kepentingan.
Dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi. Kemungkinan yang didasarkan pada kepentingan. Kemungkinan apa yang terbaik sesuai kepentingan. Bukti paling hangat atas premis ini dapat kita lihat pada momen pertemuan Sueb-Haryanto.
Menuju Pilkada 2024, duet Sueb dan Haryanto dapat menjadi kejutan politik yang menantang setiap pendapat umum. Sueb dan Haryanto dapat menjadi pasangan yang ideal karena merupakan representasi dari berbagai komposisi.