RAJA Belanda Willem-Alexander melantik mantan kepala dinas rahasia Dick Schoof sebagai perdana menteri (PM) baru pada Selasa (2/7/2024). Ia diberi misi untuk menerapkan kebijakan imigrasi paling ketat yang pernah ada di negara Kincir Angin tersebut.
Schoof mengambil alih jabatan PM sebelumnya Mark Rutte setelah 14 tahun memimpin pemerintahan Belanda. Pemilihannya terjadi setelah kemenangan partai sayap kanan yang dipimpin tokoh anti-islam Geert Wilders pada Pemilu Belanda.
Saat pelantikan, Schoof memperkenalkan para menterinya kepada Willem-Alexander di istana kerajaan. Para menteri tersebut kemudian diambil sumpah untuk setia kepada raja dan konstitusi.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Sementara Wilders terpaksa mengesampingkan ambisinya untuk menjadi perdana menteri demi menjaga agar koalisi tetap pada jalurnya. Hal ini disebabkan beberapa sekutunya menganggap sikap anti-muslim dan euroskeptisnya terlalu ekstrem, sehingga ia dinilai tak pantas memimpin negara.
Keempat mitra koalisi itu malah sepakat pemimpin partai pemenang pemilu itu untuk tidak akan berada di pemerintahan. Mereka kemudian berkompromi dengan Schoof (67), yang sebelumnya memimpin Dinas Rahasia Belanda.
Schoof bakal menghadapi tugas berat untuk menjaga agar koalisinya tidak goyah.
“Schoof akan memiliki banyak pekerjaan untuk menjaga konflik ideologis dan pribadi tetap terkendali,” kata Sarah de Lange, profesor pluralisme politik di Universitas Amsterdam.
Schoof telah berjanji untuk melaksanakan secara tegas rencana koalisi untuk memperketat kebijakan penerimaan dan paket yang paling komprehensif untuk mengendalikan migrasi.
Perjanjian koalisi setebal 26 halaman, berjudul “Harapan, Keberanian, dan Kebanggaan”, juga menyerukan untuk mengkaji gagasan pemindahan Kedubes Belanda di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Schoof mengatakan bahwa ia bercita-cita menjadi perdana menteri bagi seluruh warga negara Belanda. “Saya bukan orang partai. Saya tidak melihat diri saya tunduk kepada Tuan Wilders,” tegasnya. (*)