“Saya sebagai relawan terlalu lama menunggu langkah politik Ganjar–apakah 2024 menjadi pertarungan politik terakhir di tingkat nasional bagi Ganjar?”tandasnya.
Lebih lanjut, kata Heru, dalam demokrasi, satu perkara mendasar adalah memastikan adanya kontrol dan penyeimbang praktik kekuasaan. Berbagai kejadian dalam hidup bernegara akhir-akhir ini membuat kening makin berkerut.
Menurutnya, perekonomian nasional saat ini masih berada di bawah tren jangka panjang dengan downside risk. Hal tersebut, imbuh Heru, akibat berbagai risiko geopolitik, termasuk ketegangan di Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina, serta perseteruan antara Amerika Serikat dan China. Situasi ini menyebabkan penguatan dolar AS dan tingginya suku bunga di negara-negara maju, yang berdampak pada depresiasi nilai tukar mata uang, termasuk Rupiah.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Pada titik ini, kata Heru, peran kekuatan di luar pemerintahan, dalam hal ini kubu oposisi, yang bisa menjaga kedaulatan rakyat, mendesak dibutuhkan. Dalam praktiknya, kubu oposisi bakal bekerja memastikan pemerintahan yang berjalan tetap berada dalam koridor kepentingan rakyat.
“Oposisi diperlukan di negara demokrasi seperti Indonesia. Sederhananya adalah karena tidak ada jaminan jika kedaulatan rakyat itu bisa dijalankan dengan baik dan seutuhnya oleh pemerintah. Bayangkan jika sebuah pemerintahan yang mengatasnamakan kedaulatan rakyat, saat menjalankan roda pemerintahan justru melenceng dari koridor dan bertolakbelakang dengan hakikat kedaulatan rakyat,” imbuhnya.
“Jika mengingat kembali pandangan Presiden AS ke-16, Abraham Lincoln, tentang demokrasi sebagai pengelolaan kedaulatan rakyat, yakni pemerintahan yang dikelola dari (of), oleh (by), dan untuk (for) rakyat, maka oposisi menemukan tempatnya,” ungkapnya.
Bahwa demokrasi itu bicara soal kekuasaan yang terbatas, pertanggungjawaban pemerintah, pembagian kekuasaan, hingga adanya partisipasi publik. Kehadiran oposisi tentu termasuk di dalamnya, sebagai kekuatan yang memberikan keseimbangan terhadap jalannya pemerintahan.
Maka dari itu, Heru mengatakan, kuantitas menjadi sangat penting juga untuk mengukur seseorang beroposisi.
Heru mengungkapkan saat Ganjar memutuskan untuk tetap di luar pemerintahan alias menjadi oposisi. Oposisi sangat penting untuk menjadi penyeimbang ketika berdemokrasi. Sebab, menjadi oposisi bukan merupakan hal yang salah, tetapi dengan adanya oposisi semua bisa seimbang.