Dua negara Amerika Latin lainnya, Kolombia dan Chile juga memanggil pulang duta besar mereka di Israel, serta mengutuk kematian warga sipil di Gaza dan menuntut gencatan senjata. Presiden Chile, Gabriel Boric, dalam cuitannya di X, menuduh Israel melakukan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang tidak dapat diterima dan menerapkan kebijakan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza.
Chile memiliki komunitas Palestina terbesar dan salah satu yang tertua di luar dunia Arab. Sementara itu, Presiden Kolombia, Gustavo Petro dalam cuitannya di X, menyebut serangan tersebut sebagai pembantaian rakyat Palestina.
Secara historis, negara-negara Amerika Latin yang cenderung kiri bersimpati pada perjuangan Palestina. Sementara negara-negara yang lebih berhaluan kanan cenderung mengikuti langkah Amerika Serikat.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Negara-negara Amerika Latin lainnya, termasuk Meksiko dan Brasil, juga telah menyerukan gencatan senjata. Bolivia adalah salah satu negara pertama yang mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel atas perangnya di Gaza, yang terjadi setelah kelompok bersenjata Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, menewaskan 1.400 orang dan menawan sekitar 240 orang.
Sedikitnya 13 warga dari beberapa negara Amerika Latin termasuk dalam korban, dan 21 lainnya masih hilang. Setidaknya 8.525 warga Palestina telah tewas dalam perang terbaru Israel di Gaza.
Sebanyak 2,3 juta orang tinggal di Gaza dan pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa lebih dari 1,4 juta di antaranya telah menjadi pengungsi akibat serangan Israel yang terus menerus. (*)