KASUS infeksi bakteri mematikan merebak di Jepang mengakibatkan peningkatan jumlah kasus yang tidak biasa.
Melansir The Independent pada Jumat (21/6/2024), orang yang terinfeksi bakteri tersebut mengalami kondisi bernama streptococcal toxic shock syndrome (STSS).
Dalam enam bulan pertama pada 2024, Institut Penyakit Menular Nasional Jepang mencatat sudah ada 1.019 kasus STSS, seperti yang dilansir dari NBC News pada Sabtu (22/6/2024).
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Menurut Ahli Angka tersebut melampaui total kasus STSS pada tahun lalu di negara Sakura, yaitu 941. Jumlah kasus STSS pada 2024 di Jepang belum pernah terjadi sebelumnya.
Penyakit ini terutama disebabkan oleh bakteri bernama Streptococcus pyogenes, yang umum dikenal sebagai Streptokokus grup A. Institut Penyakit Menular Nasional Jepang pada Maret memperingatkan STSS bisa mengakibatkan kematian dalam hitungan hari.
Namun, para ahli belum mengetahui penyebab peningkatan kasus STSS pada tahun ini di Jepang.
Melansir pada Healthline Kamis (20/6/2024), para ahli hingga saat ini masih belum jelas apa yang mendorong lonjakan infeksi Streptokokus Grup A di Jepang selama dua tahun terakhir.
“Kami memerlukan lebih banyak informasi untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Profesor Penyakit Menular dan Pengobatan Pencegahan di Universitas Vanderbilt, William Schaffner, MD.
Merujuk ulasan Healthline, streptococcal toxic shock syndrome (STSS) adalah komplikasi parah dari Streptokokus Grup A, khususnya varian Streptococcus pyogenes, yang merupakan bakteri yang sama penyebab radang tenggorokan.
Ini adalah kondisi yang berpotensi mematikan dengan angka kematian bisa melebihi 30 persen.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Kondisi ini jarang terjadi, tetapi serius. Hal tersebut terjadi ketika bakteri mencapai aliran darah dan menyebabkan respons inflamasi sistemik dan syok toksik.
Gejala streptococcal toxic shock syndrome berikutnya adalah tekanan darah rendah, kegagalan organ, dan kehilangan kesadaran.
Infeksi bakteri Streptokokus Grup A di Jepang dilaporkan berhubungan juga dengan komplikasi serius lainnya, yaitu necrotizing fasciitis, yang sering disebut penyakit “pemakan daging”.
Necrotizing fasciitis menyebar di dalam faasia (lapisan kulit bagian bawah) dan mengakibatkan nekrosis, yang secara harfiah berarti kematian jaringan.
Itu adalah kondisi parah yang mengancam jiwa yang memerlukan pembedahan darurat dan dapat mengakibatkan kematian.