Menurut penilaian Israel baru-baru ini, Hamas kini memiliki lebih banyak pejuang di wilayah utara Gaza, yang direbut IDF pada musim gugur dengan mengorbankan ratusan tentara, dibandingkan dengan yang ada di Rafah di selatan.
Hamas kini melancarkan perang gerilya, yang melibatkan penyergapan dan bom rakitan (sering kali dibuat dari persenjataan yang tidak meledak atau senjata IDF yang dirampas), sebuah operasi berlarut-larut yang menurut penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini dapat berlangsung hingga akhir 2024.
Hamas masih bisa menyerang Israel; Hamas kemungkinan memiliki sekitar 15 ribu pejuang yang dimobilisasi-kurang lebih sepuluh kali lipat dari jumlah pejuang yang melakukan serangan 7 Oktober.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Selain itu, lebih dari 80 persen jaringan terowongan bawah tanah kelompok ini masih dapat digunakan untuk merencanakan, menyimpan senjata, dan menghindari pengawasan, penangkapan, dan serangan Israel.
Foreign Affairs pun berkesimpulan Setelah sembilan bulan perang yang melelahkan, kini saatnya untuk menyadari kenyataan pahit: tidak ada solusi militer saja untuk mengalahkan Hamas. Kelompok ini lebih dari sekadar jumlah pejuangnya saat ini.
Kelompok ini juga lebih dari sekadar ide yang menggugah. Hamas adalah sebuah gerakan politik dan sosial dengan kekerasan sebagai intinya, dan tidak akan hilang dalam waktu dekat.
Strategi operasi militer besar-besaran Israel saat ini mungkin dapat membunuh beberapa pejuang Hamas, namun strategi ini hanya memperkuat ikatan antara Hamas dan masyarakat setempat.
Selama sembilan bulan, Israel telah melakukan operasi militer yang hampir tanpa batas di Gaza, dengan sedikit kemajuan yang nyata dalam mencapai tujuannya. Hamas tidak dikalahkan atau berada di ambang kekalahan, dan perjuangannya lebih populer dan daya tariknya lebih kuat daripada sebelum 7 Oktober.
Dengan tidak adanya rencana untuk masa depan Gaza dan rakyat Palestina yang dapat diterima oleh rakyat Palestina, para teroris akan terus kembali dan dalam jumlah yang lebih besar.
Namun, para pemimpin Israel tampaknya tidak lagi bersedia untuk menyusun rencana politik yang layak seperti sebelum 7 Oktober. Hanya ada sedikit akhir dari tragedi yang terus berlangsung di Gaza. Perang akan terus berlanjut, lebih banyak lagi warga Palestina yang gugur, dan ancaman terhadap Israel akan terus meningkat.