Setelah digdaya VOC berakhir, pemerintah Belanda mengambil alih kontrol kekuasaan atas wilayah Nusantara. Jerman masih tetap punya ketertarikan terhadap Nusantara – terutama setelah lahir Imperium Jerman pada 1871.
Ketertarikan itu ditunjukkan dengan berlabuhnya kapal-kapal perang negara tersebut di Sumatera, Kalimantan, dan Batavia. Di Nusantara sendiri, juga masih banyak warga Jerman yang bermukim dan menjalankan bisnis.
Jerman pun akhirnya punya beberapa koloni di sekitar Papua Nugini yang disebut sebagai tanah Kaiser Wilhelm merujuk pada kaisar yang berkuasa saat itu di Jerman, dan Kepulauan Bismarck, merujuk pada Kanselir Jerman Otto van Bismarck. Ikatan atas dasar keberadaan penduduk Jerman di Nusantara inilah yang membuat kapal-kapal Jerman masih sering berlabuh ke Nusantara.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Hal ini kemudian berlanjut setelah Perang Dunia I dan turun takhtanya Kaisar Wilhelm II dan jajaran penguasa monarki di Jerman secara sukarela. Jerman kemudian masuk ke fase sebagai negara federasi sebelum akhirnya kekuasaan diambil alih oleh Adolf Hitler dan Partai Nazi pada tahun 1933.
Dari sinilah, Nazi mulai meningkatkan pengaruhnya di Jerman dan berbagai negara lain. Lalu, bagaimana konteks kekuasaan Nazi dan Hitler itu punya pertalian dengan Indonesia?
Di sini poin menariknya. Horst H. Geerken dalam bukunya Hitlers Griff nach Asien menyebutkan nama Walther Hewel sebagai kunci tersebarnya fasisme ala Nazi di Asia. Hewel adalah salah sosok yang dekat dan bagian dari inner circle Hitler. Ia disebut telah bergabung dengan Nazi saat masih remaja.
Kedekatannya dengan Hitler membuatnya sering dijuluki sebagai “Majordomo” alias orang kepercayaan yang mengatur kegiatan-kegiatan Hitler. Kedekatan mereka mulai terjadi saat Hitler melakukan kudeta gagal dalam gerakan yang disebut Beer Hall Putsch. Ia dipenjara bersama-sama dengan Hitler.
Setelah keluar dari penjara, ia menjadi pedagang kopi dan pengusaha perkebunan yang bekerja untuk perusahaan Inggris di Hindia Belanda – yang kemudian menjadi Indonesia di pertengahan abad ke-20. Saat itulah, ia menggalang kekuatan di Nusantara dan mendirikan perwakilan Nazi di Indonesia. Partai Nazi yang bernama resmi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) itu bercokol di Hindia Belanda sejak 1931.