Sosok yang ikut membuka wacana adanya dana revolusi ini adalah tokoh Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Dr Suhardiman yang ketika itu menjadi salah satu pimpinan dari Fraksi Karya di DPR.
Sebelum itu, orang dekat Soekarno, Soebandrio disebut-sebut sebagai orang yang bisa mencairkan dana revolusi itu. Lalu dibentuklah tim untuk melacak keberadaan dan kebenaran informasi tersebut oleh Soeharto.
Linda Djalil, mantan wartawan Gatra yang sempat melakukan wawancara dengan Soebandrio di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang sempat menulis kembali wawancaranya dalam blog Catatan Linda Djalil. Berikut petikan wawancara Linda:
Bisa Anda jelaskan tentang dana revolusi yang diributkan orang?
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Saya gembira diberi kesempatan memberi penjelasan tentang dana revolusi. Hingga kini, orang memberi keterangan mengenai dana itu tanpa pengertian sebenarnya. Pengumpulan dana revolusi diputuskan oleh Presiden Soekarno dan Pemerintahan Djuanda. Ketika itu keadaan keuangan negara sangat sulit, dan anggaran belanja para menteri sangat terbatas.
Jika menteri kehabisan uang maka dibutuhkan tambahan anggaran belanja. Ini makan waktu agak lama, sampai beberapa bulan. Maka menteri keuangan dipersilakan menyediakan dana revolusi dalam rupiah, dalam jumlah terbatas.
Keadaan keuangan negara waktu itu serba sulit, separuh anggaran belanja negara dipakai untuk perjuangan merebut Irian Barat kini Irian Jaya. Para menteri yang sangat membutuhkan uang mengajukan permintaan kepada menteri keuangan yang meneliti permintaan itu. Jika menteri keuangan setuju, kemudian harus diajukan kepada Djuanda untuk mendapat pengesahannya.
Setelah Bapak Djuanda meninggal, saya dan Chairul Saleh diberi tugas memberi keputusan terakhir tentang permintaan menteri.
Lalu?
Ya, kami berdua memberikan persetujuan. Misalnya untuk Menteri Perindustrian Arumnanto. Jumlahnya Rp30 juta, atas rekomendasi menteri keuangan.
Dana Revolusi itu sebenarnya disimpan di mana?
Dana itu dihebohkan disimpan di luar negeri atas nama saya. Sebenarnya tak begitu. Dana revolusi berwujud rupiah dan hanya disimpan di bank dalam negeri, bukan di luar negeri.
Lalu Anda mengetahui adanya Dana Revolusi dari mana?
Semula saya sendiri lupa, tak pernah memikirkan apakah ada uang sebanyak itu, yang disebut dana revolusi itu. Tiba-tiba, kira-kira tahun 1980-an, seorang Malaysia bernama Musa datang ke rumah menemui istri saya Dyan (Sri Kusdyantina). Saya sendiri sudah hidup di penjara. Musa mengaku baru tahu bahwa saya masih hidup setelah melihat foto kami. Musa datang mengaku sebagai apa? Sebagai nasabah Union Bank of Swetzerland. Dia juga mengaku tahu persis bahwa di bank Swiss itu ada deposito atas nama Dr Soebandrio sebanyak USD130 juta. Dia ceritakan kepada Dyan. Tapi saya menganggap keterangan itu bohong dan sensasional. Pemerintahan Soekarno sama sekali tak mempunyai dana untuk disimpan di Swiss. Saya pesan kepada istri saya untuk menjawab begitu kalau ditemui Musa. Sebab saya yakin, dana revolusi itu tak mungkin ada.