“Kemitraan baru ini telah memperdalam hubungan yang semakin erat demi kenyamanan,” Gabrielle Reid, direktur asosiasi di perusahaan intelijen strategis S-RM, mengatakan kepada Newsweek, dilansir Minggu (23/6/2024).
Namun, di tengah munculnya aliansi yang semakin besar antara Rusia dan Korea Utara, Reid mengatakan bahwa kerja sama tersebut “akan diredam dan tetap didorong oleh kebutuhan, bukan karena niat untuk meningkatkan agenda kebijakan luar negeri agresif masing-masing secara bersamaan.”
“China juga menjaga jarak dari perjanjian tersebut untuk menghindari kerusakan nyata terhadap kerja sama dengan mitra dagang Barat atau memberikan perhatian yang tidak semestinya terhadap perjanjian tersebut sebagai perjanjian tripartit,” tambah Reid. (*)