Privilege yang dimiliki Chong Yu Ra sebagai anak menteri membuatnya melakukan banyak kecurangan akademis, seperti mendapat nilai bagus tetapi tidak mengerjakan tugas-tugas. Di sisi lain, Universitas Ewha juga meminta imbalan berupa pendirian Future Life University untuk merencanakan ekspansi komersial.
Mengutip dari tulisan Spoon Theory” and the Fall of a Populist Princess in Seoul dari Hyejin Kim, banyak orang tergantung pada sendoknya – apakah gold spoon (sendok emas), silver spoon (sendok perak), bronze spoon (sendok perunggu), atau dirt spoon (sendok tanah). Hal ini tergambar dari anak-anak kelas sosial atas yang sangat bergantung pada orang tuanya.
Hal ini pula yang dapat menjadi sebuah acuan penilaian terhadap Gibran – yang mana merupakan seorang anak presiden. Bukan tidak mungkin, statusnya ini memberikan privilege bagi dirinya yang apabila mencoba ditarik dari teori kelas-sendok, dia adalah definisi sepadan dengan pemegang sendok emas.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Atas hal tersebut mungkin dapat dinilai banyak keistimewaan yang dimiliki Gibran dalam hal ini adalah bagaimana perjalanan kariernya hingga menjabat sebagai Wali Kota Solo. Bukan tidak mungkin, “sendok” inilah yang turut mengantarkan Gibran hingga kursi kekuasaan.
Namun, dengan berbagai pertemuan politis yang dilakukannya, bukan tidak mungkin juga Gibran memiliki pengaruhnya sendiri. Mungkinkah Gibran telah membangun pengaruh politiknya sendiri-di luar “sendoknya” sebagai putra sulung.
Mungkin, Gibran memang anak presiden-menjadikan dirinya seorang pemegang sendok emas. Namun, apakah ia menggunakan privilege tersebut untuk kesuksesannya, adalah sebuah cerita yang berbeda.
Sebelum menjadi orang nomor satu di Solo, Gibran mengikuti jejak ayahnya yang adalah seorang pengusaha. Dia memulai bisnis makanan dan ternyata berhasil.
Tidak mungkin keberhasilan bisnisnya hanya disebabkan oleh kalimat “milik anak presiden” maka semua akan membelinya. Tentu saja, hal ini dapat dicapai oleh Gibran karena kerja keras dan ketekunannya dalam berbisnis.
Hal ini dapat disandingkan dengan teori meritokrasi – yang mana kesuksesan seseorang adalah berdasarkan dengan kemampuan dan bakat daripada hak istimewa kelas sosial serta kekayaan yang dimiliki.