Terlepas dari retorikanya yang melunak itu, Putin juga mengatakan bahwa dirinya tidak mengesampingkan perubahan pada doktrin nuklir Rusia, yang menetapkan kondisi dan persyaratan untuk penggunaan senjata semacam itu.
Dia juga mencetuskan bahwa jika diperlukan, Moskow bisa menggelar uji coba senjata nuklir, meskipun dia memandang hal itu tidak diperlukan untuk saat ini.
Rusia dan Amerika Serikat (AS) diketahui menguasai hampir 90 persen senjata nuklir dunia.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Tahun lalu, Moskow mencabut ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif dan menarik diri dari perjanjian pengurangan senjata utama dengan AS.
Sementara perjanjian pengendalian senjata nuklir yang tersisa, yang isinya membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang bisa dikerahkan oleh Moskow dan Washington, akan berakhir tahun 2026 mendatang.
Sebenarnya, beberapa ramalan juga pernah mengarahkan bahwa perang nuklir antara keduanya akan terjadi. Berikut daftar ramalan tersebut dirangkum delik, Minggu (23/6):
Nouriel Roubini (Dr. Doom)
Ekonom Nouriel Roubini sendiri merujuk eskalasi konflik Rusia-Ukraina sebagai biang keladi “perang nuklir”. Ia mengatakan konflik itu sudah menandai awal dari pertempuran global.
“Dalam beberapa hal, Perang Dunia III sudah dimulai,” kata Roubini yang juga disebut ‘Dr. Doom’, disampaikannya dalam Yahoo Finance’s 2022 All Markets Summit November lalu, mengutip FinancialTribune.
“Ini dimulai di Ukraina karena konflik ini memiliki implikasi yang lebih luas yang melampaui Rusia dan Ukraina. Ini adalah awal dari sesuatu yang lain,” tegasnya.
Baca:5 Ramalan Masa Depan Perang Rusia-Ukraina, NATO Kian TerlibatRoubini juga menyoroti konflik nuklir di Iran dan gesekan China untuk Taiwan. Profesor bisnis Universitas New York itu berpendapat perang dingin sudah ada antara AS dan China, dan itu bisa meningkat menjadi “perang panas” karena Presiden Xi Jinping bertujuan untuk menyatukan China dan Taiwan.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Ia juga menyoroti ancaman geopolitik. Dia menyebut perang dingin baru yang telah muncul antara AS dan China serta antara Barat dan kekuatan “revisionis” termasuk Rusia, China, Iran, Korea Utara, dan Pakistan.
“Mereka pada dasarnya menantang tatanan ekonomi, sosial, dan geopolitik yang diciptakan AS, Eropa, dan Barat setelah Perang Dunia II,” kata Roubini.