Sejumlah negara kini tengah menghadapi ancaman aging population, seperti Jepang dan Korea Selatan. Kondisi ini akan berdampak pada visi ekonomi dan dampaknya ke global.
“Populasi yang menua atau aging population ini menjadi game changer dan menciptakan inflection point dari berbagai perkembangan ekonomi,” ujar Sri Mulyani.
Dengan adanya ancaman aging population di sejumlah negara, Indonesia harus memanfaatkan bonus demografi yang saat ini dan dalam beberapa tahun ke depan tengah mengalaminya. Pasalnya, bonus demografi dengan jumlah pekerja produktif melimpah ini tak akan dirasakan selamanya.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Untuk diketahui, negara-negara maju tengah mengalami populasi yang menua sehingga pertumbuhan ekonominya tak akan pesat seperti dahulu.
Ketika jumlah penduduk yang kurang produktif mengalami penurunan, maka produktivitas suatu negara akan menurun kecuali ada terobosan teknologi yang bisa mengkompensasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 25-29 tahun sebesar 22.506.076, kemudian kelompok umur 20-24 tahun sebesar 22.337.387, dan kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 22.130.827.
Namun mirisnya adalah terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) di Indonesia.
Kebanyakan dari mereka adalah Gen Z yang harusnya tengah di masa produktif. Gen Z merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang berusia 12-27 tahun. Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang berstatus NEET di Indonesia mencapai 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun secara nasional. (*)