Lantas, terkait banyaknya spanduk politikus PDIP Prasetyo Edi Marsudi yang digadang jadi bacawagub Jakarta, Chico menjawabnya. Bagi dia, secara pribadi, senang saja jika Prasetyo benar jadi bacawagub. “Kalau pandangan pribadi, saya senang aja. Karena saya sudah berkawan lama dengan Pras, sudah 30 tahun. Paling dekat lah dengan beliau,” tutur Chico.
Namun, ia menekankan urusan Pilgub Jakarta adalah DPP PDIP dengan arahan Ketum Megawati yang menentukan. Dia bilang sebagai kader akan patuh dengan keputusan partai.
“Dan, yang paling penting diketahui publik karakter PDIP sangat diketahui bahwa kita loyal,” ujar Chico. Menurut dia, dengan loyal dan kepatuhan itu, maka kader mesti mengikuti instruksi resmi partai.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
“Dan, apapun yang diputuskan di atas semisal Pak Anies yang diusung oleh PDIP, Pak Ahok harus siap kampanye buat Pak Anies, gitu. Sepatuh itu kader di PDIP,” pungkas Chico.
Sementara, saat ini mungkin pertanyaan terbesar dari para pendukung setia Anies adalah, apakah Anies akan menemukan kecocokan ideologi dengan Megawati dan PDI Perjuangan? Bagaimana dengan prinsip konsistensi, bukankah PDI Perjuangan dulu menjadi bagian dari pihak penguasa yang juga dikritik Anies?
Seperti yang pernah dikatakan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Winston Churchill: tidak ada pertemanan dan permusuhan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi.
Dan bila kita lihat rekam jejak Anies, mungkin pepatah tersebut sangat menggambarkan manuver-manuver politiknya. Sebelum kepemimpinan Jokowi pada 2014, Anies menjadi bagian dari tim Jokowi sendiri, kemudian pada 2017, Anies berpindah dan menjadi kubu Prabowo, sementara 2024 seperti yang kita ketahui Anies menjadi bagian dari kubu Surya Paloh.
Maka dari itu, mungkin Anies sebetulnya bisa menjadi salah satu contoh ‘political mercenary’ yang paling efektif di Indonesia. Seperti yang diungkap Lindsay Mark Lewis dalam bukunya Political Mercenaries, di dalam politik terdapat sejumlah orang yang tidak memiliki keberpihakan pasti namun mampu menjual jasa elektoral karena ia memiliki keunggulan persona di mata publik. Dalam konteks Anies, bisa jadi karena personal brandingnya yang sudah begitu bagus, ia bisa menjadi tokoh yang tidak perlu berpihak pada siapapun untuk sukses di kancah elektoral.