Selain itu, tandas Heru, jangka waktu Pilkada 2024 yang tidak begitu jauh dengan Pilpres 2024 pun bisa dikatakan masih menyisakan rasa ‘dendam’ dari para pendukung Anies. Tentunya, mereka yang kecewa dengan hasil Pilpres kemarin akan melihat Pilkada 2024 sebagai momentum balas dendam untuk Anies.
“Tidak hanya itu, Anies pun memiliki satu keunikan yang tidak dimiliki kandidat PDIP lainnya, yakni politik sentimen. Bagi sejumlah pendukung garis keras Anies, potensi ini bisa saja jadi sesuatu yang menarik untuk ‘dieksploitasi’ kembali. Pertanyaannya lantas hanya satu, seberapa besar peluang Anies terima pinangan PDIP jika terjadi nanti?” pungkasnya.
Juru Bicara PDIP Chico Hakim mengatakan pihaknya mengakui kinerja bagus Anies saat menjabat Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Selain itu, elektabilitas eks capres 2024 itu juga tinggi untuk Pilgub Jakarta.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Tapi, menurut Chico, PDIP pastinya ingin prioritaskan kadernya maju di Pilgub Jakarta. Baik itu kemungkinan sebagai bacagub atau bacawagub.
Menurut dia, sejauh ini, nama dari internal itu belum final karena masih diproses di PDIP. Kata dia, ada 10 nama dari kader PPP yang masuk bursa Pilgub Jakarta.
Chico bilang dengan status Pilgub Jakarta yang dinilai jadi ‘etalase’ negara maka bisa saja keputusan politik terkait itu ditentukan di DPP tapi bermuara finalnya di tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
“Jadi, apakah muncul ada nama lain di luar nama kurang lebih ada 10 nama yang muncul dari internal kami. Ya mungkin aja, kita gak tahu,” kata Chico dalam Indonesia Lawyers Club yang dikutip delik pada Sabtu, 22 Juni 2024.
“Yang pasti PDIP ingin mencalonkan kader internal masuk namanya sebagai kombinasi apakah itu sebagai bakal calon gubernur atau bakal calon wakil gubernur,” lanjut Chico.
Dia menuturkan dalam kontestan pilkada, survei elektabilitas tak jadi patokan PDIP. Sebab, hal itu merujuk pengalaman kader PDIP seperti Ganjar Pranowo maju di Pilgub Jawa Tengah dengan elektabilitas kecil tapi bisa menang. Begitupun juga menurutnya dengan Abdullah Azwar Anas saat maju di Pilkada Banyuwangi.