Lebih lanjut, Heru menambahkan peluang adanya motif di atas dalam manuver-manuver politik PDIP pantas untuk selalu publik pertanyakan, termasuk dalam persoalan Pilgub DKJ.
Menurutnya, sebagai sebuah daerah yang akan memiliki otonomi khusus, posisi Gubernur DKJ sekiranya sanggup jadi misi terbesar PDIP sekarang. Sebagai contoh, di dalam Pasal 3 ayat 1 dalam RUU DKJ, disebutkan bahwa DKJ berkedudukan sebagai pusat perekonomian nasional, kota global, dan kawasan aglomerasi. Ini artinya, meski tahta Ibu Kota sudah tidak lagi di Jakarta, secara de facto aktivitas perputaran uang Indonesia tetap akan berpusat di Jakarta.
“Siapapun yang menjadi Gubernur DKJ nanti, akan sangat memiliki daya tawar yang sangat tinggi dengan pemerintah pusat. Pertanyaannya lantas tertuju kepada Anies. Bila memang ambisi PDIP untuk Pilgub DKJ begitu besar, mengapa Anies bisa jadi pilihan yang menarik bagi Megawati?” imbuh Heru.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Ia pun memberikan pandangan perbandingan dengan kandidat-kandidat PDIP lainnya. Pertama, eks-Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn.) Andika Perkasa. Kendati secara sekilas Andika bisa jadi pilihan yang menarik, banyak orang lupa bahwa kemampuan politik Andika masih perlu diuji. Sebagai sosok yang muncul dari kalangan militer, Andika perlu menghadapi banyak tantangan besar, seperti stigma ke-kakuan orang militer, seperti yang pernah dihadapi Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 dan 2019.
Kedua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Meskipun Ahok bisa dikatakan memiliki sentimen dukungan yang cukup positif di media sosial, dirinya bisa dianggap sudah terlalu lama jauh dari arena politik praktis. Pentas politik pada tahun 2024 ini sangatlah berbeda dengan pentas politik ketika Pilkada 2017. Apakah Ahok mampu beradaptasi cepat dengan landscape politik sekarang? Mungkin bisa, tetapi hal tersebut kembali lagi masih perlu diuji.
“Saya mencoba menilai mas Anies. Jujur saja, di dalam konstelasi politik saat ini, beliau tampaknya menjadi pilihan yang paling menarik secara elektoral. Meski Anies mengalami kekalahan ketika Pilpres kemarin, namun kekalahan Anies bisa dikatakan cukup istimewa karena Anies mendapatkan suara yang cukup tinggi dibanding Ganjar Pranowo, padahal mereka berasal dari kubu yang awalnya paling dipertanyakan secara logistik. Hal ini membuktikan bahwa jika saja pada Pilpres kemarin Prabowo tidak bertanding, bisa saja Anies jadi pemenangnya,” paparnya.