Dia juga mengingatkan untuk tidak menjual hewan sakit, dan segera melaporkan bila ada kematian ternak mendadak dan dalam jumlah besar.
Selain itu, katanya, Indonesia memperkuat pengawasan tersebut di pintu masuk negara, terutama terhadap pelaku perjalanan dari negara-negara yang melaporkan adanya kasus infeksi flu burung.
Dia juga mengingatkan masyarakat untuk selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya antisipasi. Bagi mereka yang sering bersentuhan dengan unggas, dia menyarankan untuk selalu cuci tangan menggunakan sabun setelah berkontak dengan unggas.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
“Tidak mengkonsumsi unggas dan mamalia yang sakit, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai pada saat kontak dengan unggas atau hewan mamalia sakit atau mati mendadak,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa penularan penyakit flu burung pada manusia dapat melalui kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau infeksi, serta melalui makanan dari wilayah terkontaminasi yang tidak diolah secara benar.
Pada umumnya, gejala klinis flu burung (H5N1) pada manusia mirip dengan flu biasa. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Gejala sesak napas menandai kelainan saluran napas bawah yang dapat memburuk dengan cepat.
“Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila mengalami gejala sakit suspek flu burung dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko,” katanya. (*)