Untuk melibas pengaruh Hindia Belanda, pemerintahan militer Jepang juga menanggalkan sebutan Batavia dan menggantinya dengan Djakarta, kependekan dari Jayakarta. Mengutip dari Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita (1987) karya Lasmijah Hardi dan kawan-kawan, pergantian nama Batavia itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Jakarta saat itu menjadi daerah istimewa dengan nama Djakarta Tokubetsu Shi.
Seusai Jepang kalah di Perang Dunia II dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, pemerintah RI tetap memakai nama Jakarta. Pusat pemerintahan RI sempat berada di Jakarta sebelum pindah sementara ke Yogyakarta sejak awal 1946 sampai tahun 1949. Kedatangan tentara Sekutu bareng pasukan Belanda (NICA) membikin Jakarta tidak lagi aman bagi petinggi RI.
Baru di akhir 1949, selepas perang revolusi kemerdekaan mereda dan sengketa Indonesia-Belanda tutup buku lewat Konferensi Meja Bundar (KMB), Jakarta kembali menjadi ibu kota RI. Supaya tak ada lagi penyebutan Batavia seperti saat pendudukan Belanda, nama itu lantas ditanggalkan lewat keputusan resmi.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Pada 30 Desember 1949 atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Penerangan Arnold Mononutu mengumumkan pergantian nama Batavia menjadi Jakarta. Mulai saat itu, nama ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta.
Di sisi lain, secara administratif, sejak 1945 sampai 1959, wilayah Jakarta masih menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada 1959, status Jakarta dinaikkan dari kota praja jadi daerah tingkat I (provinsi) dan dipimpin oleh gubernur.
Gubernur pertama Jakarta adalah Soemarno Sosroatmodjo yang langsung diangkat oleh Presiden Soekarno pada 9 Februari 1960. Baru pada 1961, Jakarta resmi menjadi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI).
Kini, Jakarta memperingati ulang tahunnya yang ke-497 pada hari ini, Sabtu 22 Juni 2024. Tahun ini, peringatan HUT ke-497 Jakarta mengusung tema ‘Jakarta Kota Global Berjuta Pesona’. Dengan ini menandakan peralihan status dari ibu kota negara menuju arah pembangunan baru menjadi kota global.
Selama hampir 500 tahun atau lima abad, Jakarta telah melewati berbagai perubahan, salah satunya yakni transportasi andalan bagi warga Jakarta.
Kini, tercatat terdapat tiga transportasi publik di Jakarta yang menjadi andalan warganya. Adapun transportasi public tersebut yakni Transjakarta, Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, dan Light Rail Transit (LRT) Jakarta.