JAKARTA punya segudang riwayat sejarah. Sejarah Kota Jakarta bahkan membentang sedari zaman prasejarah hingga sekarang. Bisa jadi, belum semua bukti sejarah ihwal asal-usul Jakarta diteliti serta terekspos.
Sedari zaman prasejarah, wilayah Jakarta sekarang telah dihuni manusia. Makalah Hasan Djafar di buku Seminar Jakarta dalam Perspektif Sejarah 1987 memuat catatan sederet bukti keberadaan masyarakat prasejarah tersebut.
Dalam sebuah ekskavasi penelitian, Djafar menemukan bekas hunian manusia prasejarah di tiga situs dekat Sungai Ciliwung. Jelasnya, situs-situs itu ditemukan di Pejaten, Kampung Kramat, dan Condet-Balekambang. Ada juga beberapa artefak di Bukit Sangkuriang dan Kelapa Dua. Tinggalan bernama situs Buni juga ada di pantai utara antara Kali Bekasi dan Kali Cilimaya.Djafar mencatat ada 68 situs prasejarah ditemukan di Jakarta saat ia menulis makalahnya. Namun baru 27 lokasi yang telah diteliti secara ilmiah.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Di periode kerajaan, riwayat Jakarta dapat dikenali lebih mudah. Wilayah yang kini menjadi lokasi Jakarta diyakini menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanegara pada abad 4-5 Masehi.
Raja ketiga Kerajaan Tarumanegara, Purnawarman yang berkuasa sejak 395 M pernah menggelar megaproyek pengerukan sejumlah kali. Di antaranya termasuk sungai yang mengalir ke kawasan tempat Jakarta saat ini.
Prasasti Tugu, sebagaimana dikutip oleh Poerbatjaraka dalam Riwayat Indonesia I (1952), memuat informasi bahwa Purnawarman pernah memerintahkan penggalian Sungai Candrabhaga (sekarang disebut Kali Bekasi) dan aliran kanal yang menjadi Sungai Gomati (kini berubah jadi Kali Cakung).
Dari Prasasti Tugu diketahui, atas perintah Purnawarman, pada tahun ke-22 pemerintahannya (417 M) penggalian Sungai Candrabhaga dikerjakan. Proyek sepanjang 21 hari ini kemungkinan digagas untuk mencegah banjir karena aliran Sungai Candrabhaga disebut melintasi istana Tarumanegara.
Buku Tarumanagara, Latar Sejarah dan Peninggalannya: Sebuah Pengantar (1991) karya Hasan Djafar dan kawan-kawan, memuat penjelasan bahwa proyek tadi melahirkan kanal baru. Saluran baru itu ialah Sungai Gomati yang memiliki panjang aliran 6.122 tombak (sekitar 12 Km).
Aliran Sungai Gomati bermuara di Cilincing, tak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa. Penggalian Kali Gomati, menurut Restu Gunawan dalam Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa (2010), selain bertujuan mencegah banjir juga untuk mengairi sawah.