Dengan kata lain, Semar dan Sabda Palon sebenarnya adalah satu sosok, sedangkan Naya Genggong adalah sosok yang berbeda.
Keempat, Sabda Palon, Naya Genggong, atau Semar, seluruhnya hanyalah mitos dan cerita rekaan saja. Satu, beberapa sejarawan mengatakan kalau Serat Sabda Palon itu ditulis oleh R.N.G. Ranggawarsita, pujangga masyhur dari Keraton Surakarta, yang juga dikenal sebagai seorang yang waskita atau bisa meramal masa depan.
Jadi, kuat kemungkinan bahwa ramalan-ramalan dalam serat tersebut sebenarnya hanyalah hasil rekaan beliau sendiri, sebagai bagian dari olah sastra agar lebih menarik buat dibaca.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Sementara sumber lain, Babad Kediri mengisahkan tokoh ini sebagai pemomong para raja Jawa zaman dulu. Serat Darmagandhul menyebutkan bahwa “narendra kawula emong punika karya ninga” atau “para raja tanah Jawi saya momong, itulah pekerjaanku.” Dia juga terkenal sebagai rajanya para jin, makhluk halus yang menjaga tanah Jawa yang sering kita sebut dengan Semar.
Babad Kediri juga menuturkan bahwa Sabda Palon merupakan pengawal yang mengiringi pelarian Prabu Brawijaya ke Bali setelah Kerajaan Majapahit runtuh.
Sabda Palon muncul pertama kali pada 1873 di sebuah naskah bernama Babad Kediri. Babad Kediri merupakan babad yang secara terang-terangan menolak Islamisasi di Pulau Jawa. Para wali yang menjadi aktor Islamisasi diumpamakan sebagai gerombolan curut yang dikasih kebaikan oleh sang raja, tapi menggerogoti dari belakang.
Babad ini juga menggambarkan proses Islamisasi sebagai proses kedurhakaan pemberontakan seorang anak bernama Raden Patah kepada ayahnya sendiri bernama Prabu Brawijaya. Nah, di pemberontakan inilah, sosok Sabda Palon muncul untuk dikisahkan.
Sabda Palon muncul pertama kali pada 1873 di sebuah naskah bernama Babad Kediri. Babad Kediri merupakan babad yang secara terang-terangan menolak Islamisasi di Pulau Jawa. Para wali yang menjadi aktor Islamisasi diumpamakan sebagai gerombolan curut yang dikasih kebaikan oleh sang raja, tapi menggerogoti dari belakang.
Babad ini juga menggambarkan proses Islamisasi sebagai proses kedurhakaan pemberontakan seorang anak bernama Raden Patah kepada ayahnya sendiri bernama Prabu Brawijaya. Nah, di pemberontakan inilah, sosok Sabda Palon muncul untuk dikisahkan.