Kedua, Sabda Palon dan Naya Genggong merupakan sosok gaib pamomong bumi Jawa. Asumsi ini didasarkan pada fakta tentang peristiwa moksa keduanya dan minimnya bukti-bukti fisik yang mendukung kebenaran bahwa keduanya pernah hidup di zaman Majapahit. Yang ada hanya bukti-bukti tinggalan raja-raja yang pernah diasuh. Misalnya, bukti arkeologis Prabu Kerthabhumi yang tercecer hampir di sembarang tempat di tanah Jawa.
Asumsi ini juga disandarkan pada cerita tutur yang menyebut, ketika keduanya menemani Prabu Kerthabhumi bertapa di Gunung Lawu (jelang naik takhta keprabon), tiba-tiba saja seluruh lelembut yang ada di Gunung Lawu menghatur sembah pada kedua sosok tersebut. Seolah meneguhkan bahwa keduanya adalah penguasa dari para lelembut itu.
Ada juga yang menyebut, karena diyakini sebagai pamomong bumi Jawa, keduanya merupakan sosok yang ditemui pertama kali oleh Syekh Subakir, utusan Raja Rum atau Turki Usmani, ketika hendak babat alas Jawa yang konon waktu itu dipenuhi oleh lelembut-lelembut jahat yang suka memangsa manusia.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Persoalannya, bukankah yang ditemui Syekh Subakir adalah Dang Hyang Semar? Nah, ini masuk ke asumsi ketiga, bahwa kedua sosok tersebut sesungguhnya adalah nama lain dari Semar.
Secara nama, Sabda Palon berarti ucapan atau keputusan yang tegas. Sedang Naya Genggong adalah pengabdian dengan keluwesan. Jika disatukan, artinya adalah tegas tapi luwes, luwes tapi mengandung ketegasan, dua watak yang terdapat dalam diri Semar.
Dikuatkan lagi dengan bukti serat yang menyebut bahwa Sabda Palon Naya Genggong pergi atau moksa di selatan Jawa, yaitu di Gunung Tidar, dan selalu dikaitkan dengan erupsi Merapi. Di Gunung Tidar ada petilasan Semar, sementara letusan Merapi nggak pernah jauh-jauh dari nama Semar. Bahkan sering banget ada foto-foto kepulan asap Merapi yang menyerupai bentuk Semar tiap kali terjadi erupsi.
Berikutnya, sebenernya hanya Sabda Palon yang merupakan nama lain dari Semar, sementara Naya Genggong adalah sosok yang lain lagi. Asumsi ini disandarkan pada gambaran fisik antara Sabda Palon dan Semar yang sama persis. Sedangkan Naya Genggong digambarkan jauh lebih kurus. Lebih-lebih lagi, dalam Serat Sabda Palon pun, yang cenderung banyak bicara kepada Prabu Kerthabhumi adalah Sabda Palon. Termasuk pada frasa “Sabda Palon nagih janji”, sering juga orang menyebut, “Semar nagih janji”.