Sejarah Kota Lama Semarang bermula pada 1678 setelah adanya kesepakatan antara Kerajaan Mataram dan VOC.
Kala itu, VOC tertarik untuk menguasai pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pesisir utara Jawa, termasuk Semarang, yang merupakan kota pelabuhan berbasis ekonomi perdagangan.
Kesempatan muncul tatkala Kerajaan Mataram Islam kewalahan menghadapi pemberontakan bangsawan Madura, Raden Trunojoyo.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
VOC kemudian menyatakan kesediaan untuk membantu, dengan syarat Mataram menyerahkan Semarang sebagai imbalan atas bantuannya tersebut.
Kesepakatan antara Kerajaan Mataram Islam dan VOC pun terjadi pada 15 Januari 1678.
Dalam perjanjian itu, Mataram di bawah kekuasaan Amangkurat II harus memberikan hak kuasa atas Semarang sebagai pelabuhan utama kepada VOC.
Pemberontakan berakhir di akhir tahun 1679, dan Amangkurat II menghukum mati Trunojoyo pada 2 Januari 1680.
Semenjak itu, Mataram berada di bawah kekuasaan VOC.
VOC pun mulai mendirikan berbagai bangunan di Kota Lama, termasuk pemukiman warga, gedung pemerintahan, dan Benteng Vijfhoek. Tepat pada 1705, Semarang sepenuhnya menjadi milik VOC.
Seiring waktu, area di dalam benteng tidak lagi mencukupi, sehingga sekitar tahun 1917 warga pun mulai membangun pemukiman di luar benteng.
Akibatnya, perkampungan orang-orang China tergeser lebih ke selatan.
Ini menyebabkan lokasi pemukiman berada di tepian jalur aliran Sungai Semarang, lebih strategis untuk aktivitas perdagangan.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Kawasan baru ini kemudian dikenal sebagai Europeesche buurt alias pemukiman Eropa.
Dalam perkembangannya, keberadaan pemukiman ini mampu menggeser fungsi militer kota benteng menjadi kota perdagangan.
Dalam perkembangannya, benteng Vijfhoek dibongkar dan diganti dengan benteng baru yang mengelilingi seluruh kawasan Kota Lama.
Dalam peta, Benteng Vijfhoek berbentuk segi lima dengan lima bastion untuk tempat meriam dan memantau musuh.
Pada pertengahan abad ke-18, sekitar tahun 1741-1756, Belanda membongkar dan mengembangkan Vijfhoek menjadi Benteng Kota Semarang.
Dengan denah persegi empat, benteng baru ini mengelilingi bagian kota yang kini dikenal sebagai Kota Lama Semarang.
Bangunan benteng diperluas dengan menghancurkan bastion Zeeland, Bunschoten, dan Amsterdam. Dua sisanya tetap dipertahankan, tapi berganti nama menjadi de Smits dan de Zee.
Dari sini, terciptalah empat bastion baru: Ijzer, Amsterdam, Ceylon, dan de Hersteller. Sehingga, totalnya ada enam bastion.