Faktor lain seperti usia, latar belakang, dan peran dalam masyarakat juga mempengaruhi persepsi tentang keberanian.
Gibran, sebagai generasi muda dengan ide-ide segar, mungkin lebih terlihat berani dalam eksperimen dan inovasi.
Sebagai sosok muda yang kiranya memahami demokrasi digital, Gibran adalah sosok yang tampaknya memang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Sosok muda seperti Gibran diyakini merepresentasikan inklusivitas. Anak muda dinilai sebagai kalangan yang mencerminkan pandangan, nilai, dan pengalaman yang beragam.
Pemimpin muda seperti Gibran akan lebih memahami persoalan-persoalan yang menjadi keresahan anak muda, seperti pendidikan, pekerjaan, perubahan iklim, dan inovasi teknologi.
Ini dapat memastikan bahwa kebijakan yang diusulkan lebih relevan dan merespons kebutuhan aktual masyarakat.
Sosok muda seperti Gibran juga kiranya memiliki pemahaman yang lebih baik terkait bidang teknologi dan inovasi, yang nantinya akan bermanfaat dalam setiap kebijakan yang dirumuskan untuk kepentingan masyarakat.
Selain itu, Gibran juga telah mencerminkan mental kolaboratif yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam setiap perumusan kebijakan dalam kepemimpinannya di Solo.
Atas dasar itu, Gibran diyakini akan menerapkan mental yang sama dalam setiap kebijakan yang akan dia terapkan nantinya jika menjadi seorang wakil presiden.
Dalam menerapkan semua ide dan gagasan ke dalam sebuah kebijakan dibutuhkan sebuah keberanian dalam mendobrak sistem yang sudah ada sebelumnya.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Gibran pun dinilai memiliki keberanian itu karena pemimpin muda seperti dirinya dinilai akan lebih frontal dan blak-blakan agar setiap kebijakannya dapat berjalan dengan baik. Keberanian yang dimiliki Gibran pun sudah dia tunjukkan dalam masa kepemimpinannya di Solo.
Hal ini berkaitan juga dengan faktor psikologis anak muda yang cenderung lebih semangat dan berani ambil risiko dalam setiap keputusannya.
Menarik ditunggu apakah keberanian yang telah Gibran tunjukkan dalam kepemimpinannya di Solo akan dia terapkan? Dan, yang pasti tulisan ini bukan membahas buku Ahmad Bahar, Gibran The Next President meski judul tulisan sama.
Proses pencalonan Gibran memang di luar kebiasaan dan kewajaran. Wakil presiden di masa lalu biasanya cenderung memainkan peran yang remeh, kecuali diberi mandat khusus oleh presiden.