KELOMPOK-kelompok yang skeptis dengan perubahan iklim menyalahkan modifikasi cuaca. Teknologi yang dikenal sebagai penyemaian awan itu dinilai membantu peran pemanasan global atas banjir yang menghancurkan beberapa negara baru-baru ini mulai dari Brasil sampai Kenya.
Pakar mengatakan tingginya curah hujan di beberapa wilayah yang dipicu fenomena El Nino sesuai dengan perkiraan meningkatnya peristiwa cuaca ekstrem. Namun di internet, orang-orang yang skeptis dengan perubahan iklim yakin hal itu disebabkan rekayasa alam bukan karbon emisi.
“Bandara Dubai terlihat seperti film apokaliptik. Video banjir benar-benar gila,” kata komentator berhaluan konservatif Robby Starbuck pada 460 ribu pengikutnya di media sosial X, seperti dikutip dari Japan Today, Kamis (20/6/2024).
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Cicitan itu ia sampaikan setelah Dubai dilanda hujan deras dengan curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Saya melihat beberapa orang menyalahkan perubahan iklim padahal sebenarnya itu karena penggunaan modifikasi cauca. Penyemaian awan di mana bahan kimia disemprotkan ke awan untuk membuat hujan seperti ini,” katanya.
Klaim manipulasi cuaca muncul setelah terjadi banjir besar di beberapa negara tahun ini termasuk di Zimbabwe, Uni Emirat Arab dan negara-negara lain. Berdasarkan data Google Trends pencarian kata penyemaian awan mencapai rekor tertingginya setelah Dubai dilanda banjir bulan April lalu.
“Saya tidak setuju planet kita memiliki penyemaian awan di mana-mana bukan?” kata salah satu pengguna media sosial X pada akhir Mei lalu, menyalahkan tingginya curah hujan akhir-akhir ini.
Penyemaian awan yang melempar partikel kecil ke langit untuk merangsang hujan ke satu lokasi geografis tertentu semakin populer untuk mengatasi kekeringan dan meningkatkan pasokan air. Namun menurut ilmuwan teknik itu tidak bisa menciptakan cuaca atau memicu hujan dalam skala yang terlihat seperti di Jerman dan Amerika Serikat (AS).
“Karena variabilitas alami awan tinggi, sangat sedikit bukti ilmiah yang menunjukkan memang mempunyai dampak terukur terhadap curah hujan,” kata salah satu ketua tim ahli modifikasi cuaca di Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Andrea Flossmann.
Menurut pakar perubahan iklim melipatgandakan kemungkinan banjir seperti yang terjadi di Brasil dan fenomena El Nino memperburuk intensitas hujan. “Jelas terdapat konsensus perubahan iklim bertanggung jawab atas peristiwa cuaca-cuaca ekstrem ini,” kata ilmuwan Brasil dari Rio Grande do Sul, Mariana Madruga de Brito.