Ini bukan hanya tentang posisi Bupati, Wali Kota, atau Gubernur, imbuhnya, tetapi juga tentang bagaimana dinamika politik lokal tersebut dapat memengaruhi arena politik nasional. Point utamanya adalah karena Pilkada adalah panggung showcase.
“Pilkada seringkali menjadi panggung bagi para politisi lokal untuk memamerkan kemampuan dan popularitas mereka. Kemenangan yang impresif dapat meningkatkan citra politik seseorang dan mendapatkan perhatian dari elite politik di tingkat nasional,” jelasnya.
Saat disinggung keikutsertaan kader PAN Heru Cipto Nugroho maju sebagai cawawali Solo, ia mengungkapkan Heru CN adalah petarung yang dimiliki Partai Amanat Nasional. “Apa yang dilakukan Heru CN adalah langkah positif dan langkah upaya menyampaikan keinginan partai ke publik. Ini menjadi langkah baik untuk memulai memperkenalkan kader dan sosialisasi. Ia politisi sejati tidak patah semangat untuk terus berkiprah di dunia politik,” kata Heru Subagia.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Menurutnya, jika dia lolos maka akan sepenuhnya membantu wali kota terpilih dalam mewujudkan visi misi membangun Kota Solo. Apalagi, dalam konteks Pilkada Solo, Jokowi adalah salah satu spiritual head. Secara politik, sang presiden punya kepentingan yang sangat besar mengamankan Solo demi mempertahankan relvansi pengaruhnya jika sudah tak lagi menjabat. Akan lebih mudah bagi Jokowi jika mampu menempatkan “sekutunya” di pucuk-pucuk kekuasaan daerah-daerah ini.
Di sisi seberangnya, imbuh Heru Subagia, Prabowo Subianto juga adalah spiritual head. Jika ambisi Prabowo adalah keluar dari bayang-bayang pengaruh Jokowi, maka selayaknya ia harus ikut mempengaruhi kepemimpinan lokal.
Lebih lanjut, ia menekankan jika tak mengamankan kekuasaan di tingkat lokal, bukan tidak mungkin Prabowo akan tersandera karena tak punya kontrol atas kepemimpinan di daerah. Oleh karena itu, penting bagi Prabowo untuk menang sepenuhnya juga di daerah.
“Ini juga sama halnya dengan elite lain, macam Megawati Soekarnoputri. Kemenangan Pilkada akan menjadi daya tawar partai andaikata PDIP menjadi oposisi. Pasalnya, banyak yang menyebut PDIP sukses jadi oposisi di 2 periode kekuasaan Presiden SBY karena mampu berkuasa atas daerah,” pungkasnya. (*)